Rabu, 21 Maret 2018

Tradisi Nonjok dan Rewang Sebagai Bagian Ritual Budaya Saat Hajatan

31 comments

Tradisi Nonjok dan Rewang Sebagai Bagian Ritual Budaya Saat Hajatan. Di Tonjok alhamdulillah. Ada tradisi yang cukup unik di daerahku. Sudah cukup lama aku mengenal tradisi ini. Sejak kecil tradisi unik ini sudah aku kenal. Orang tuaku dulu sering kali dapat tonjokan ini. Dan sekarang aku sendiri juga sering banget dapat tonjokan ini. Semakin sering tetanggaku hajatan makan semakin seringlah aku mendapat tonjokan. Tonjokan tidak hanya datang dari tetangga satu lingkungan saja kadang kala aku dapatkan juga dari lingkungan tetangga yang cukup jauh dari rumahku bahkan pernah juga aku dapat tonjokan dari kabupaten tetangga.

Dimusim-musim hajatan biasanya sehari aku bisa dapat lebih dari satu tonjokan. Pernah juga aku dapat lima tonjokan sekaligus dalam sehari. Kebayang tuh bengeb-bengeb nggak, hehe .... Ya nggak bengeb-bengeb dong yang pasti aku bisa nggak masak kalau sudah dapat tonjokan nih.

Tradisi nonjok ini menurut orang tuaku berasal dari saudara yang berasal dari pulau Jawa. Saudara kita yang berasal dari pulau Jawa punya tradisi nonjok saat hajatan. Adapun maksud dari nonjok ini, menurut kerabatku yang bersuku Jawa ini adalah semacam berbagi kebahagiaan.


Kaum wanita sedang rewang


Secara rinci beliau menuturkan tradisi nonjok ini tidak bisa ditinggalkan karena ada makna yang tersirat dari tradisi nonjok. Sebelumnya aku minta maaf karena aku bukan asli Jawa bisa saja berbeda-beda pemahamannya tentang tradisi nonjok ini. Secara kebetulan lingkunganku mayoritas perantauan dari pulau Jawa jadi aku suka tanya-tanya untuk sekedar menambah wawasanku tentang kebiasaan nonjok saat hajatan, menurut versi mereka begini tentang Tradisi Nonjok dan Rewang Sebagai Bagian Ritual Budaya Saat Hajatan

1. Mengundang

Nonjok bisa diartikan mengundang. Artinya tonjokan yang dikirimkan sama halnya dengan mengundang. Dan tidak semua orang diundang dengan tonjokan ini. Mereka yang diundang dengan tonjokan ini adalah orang-orang pilihan. Bisa saja orang yang anggap dihormati, dituakan atau dengan kata lain orang yang dianggap terkemuka oleh penyelenggara hajatan atau sahibul hajat.

2. Menghormati atau menghargai

Sahibul hajat sangat menghargai mereka yang membantu untuk terselenggaranya acara tersebut atau dikenal dengan rewang. Rewang artinya orang-orang yang telah bekerja, gotong royong menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk terselenggaranya acara hajatannya.

Dikampung tradisi bebantu atau rewang ini masih banyak dilakukkan. Mungkin kalau di kota-kota sudah praktis cukup memesan di katring untuk menu-menu pesta yang akan dihidangkan. Tidak perlu gotong royong mendirikan tenda cukup pesan gedung mana yang akan digunakan untuk acara pesta.

Nah kalau dikampungku masih ada loh yang mempersiapkan pesta dengan cara gotong-royong istilahnya guyub gitu kerja bareng-bareng. Biasanya seminggu sebelumnya sudah dibentuk susunan panitia untuk pesta tersebut. Dari panitia konsumsi, penerima tamu, dekorasi, pengantar tamu, perlengkapan, cuci piring ( biasanya si pemilik hajat membayar orang khusus untuk cuci piring, masak nasi), lengkap sampai panitia parkir, sapu jagad, MC, pengantar tonjokan juga ada panitianya. Segenap panitia sudah mulai bekerja sejak ditetapkannya sebagai panitia. Biasanya satu minggu menjelang hari H rumah sahibul hajat sudah rame, nah begitulah sedikit gambaran kalau ada hajatan dikampungku.

Nonjok selain artinya mengundang dan menghormati juga sedekah semoga hajatan ini berjalan dengan lancar tidak kurang suatu apapun. Mungkin masih ada maksud lain, tapi aku cuma dapat informasi tentang nonjok saat digelar hajatan hanya itu.

Kalau di zaman aku kecil tradisi nonjok ini menggunakan rantang. Aku masih ingat waktu mobil pik up almarhum bapak membawa penuh rantang di bak terbuka untuk dikirim karena letak penerima tonjokkan cukup jauh dan juga berat bawanya, sehingga harus menggunakan kendaraan.

Pernah juga aku melihat orang-orang memikul jejeran rantang untuk dikirim. Pokoknya gitu deh zaman aku kecil dulu.

Tapi, sekarang sudah beda loh. Sangat jarang orang mengirim tonjokan menggunakan rantang. Sekarang orang lebih praktis cukup dengan plastik mika bening atau menggunakan baskom plastik warna-warni saja tonjokan siap dikirimkan.

Isi tonjokan disesuaikan dengan kemampuan yang punya hajat. Pada umumnya nasi, ayam goreng atau gulai rendang, mie goreng, telur, tempe tahu, oseng-oseng buncis, sambal kentang, kerupuk, kue-kue (kue basah dan kue kering).

Ada juga yang memanfaatkan bahan-bahan mentah, misalnya mie instan, sardens, cornet, gula, kopi, teh, susu kaleng. Untuk takaran gula kopinya ada yang seperempat, setengah kilo intinya sesuai dengan kemampuan pemilik pestanya.

Lalu bagaimana bagi penerima tonjokan yang sebagai undangan? Ya pastinya malu dong kalau sampai tidak hadir sesibuk apapun usahakan untuk hadir. Kalau aku pribadi, misalnya tidak bisa hadir di hari H ya hadir sebelum hari jadinyalah. Intinya usahakan untuk datang.

Nah itulah Tradisi Nonjok dan Rewang Sebagai Bagian Ritual Budaya Saat Hajatan yang masih sering dipakai di daerahku. Aku memang tinggal di Lampung, tapi lingkunganku waktu kecil mayoritas suku Jawa dan sampai saat ini pun diperantauan mayoritas bersuku Jawa. Jadi mau tidak mau aku harus bisa mengikuti dan beradaptasi dengan lingkunganku. Sebenarnya aku bangga bisa tahu banyak beragam adat-istiadat dan budaya, senangnya lagi bisa ikut membaur dengan mereka.

Menurutku tradisi nonjok dan rewang saat hajatan harus tetap dilestarikan. Coba kalau tidak lestari mungkin saat ini aku tidak lagi mengalaminya dan tidak terpikir untuk menuliskannya di blog jejak maya, betul nggak?

Kalau rewang artinya bebantu sedangkan nonjok disebut juga dengan sebutan munjung atau punjungan, begitu teman-temanku yang ayu lan bagus hehe ... Ada yang pernah jadi pengantar punjungan? Biasanya jadi pengantar punjungan senang bisa sambil main ya ... Terutama yang masih muda-muda tuh, munjung pakai motor keliling kampung ya karena senang menjalaninya tidak terasa capai bolak-balik mengantar punjungan.

Ok terima kasih sudah hadir dan membaca, kalau ada yang perlu ditambahkan tentang arti dari tradisi unik ini silahkan di share di kolom komentar semoga bermanfaat dan budaya tetap lestari.
Wassallam.

If You Enjoyed This, Take 5 Seconds To Share It

31 komentar:

  1. Wah sama ya mba disini juga kaya gtu kalo lagi ada yang hajatan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitu ya, ya iyalah kita masih satu tanah air kan tradisi bisa saja sama

      Hapus
  2. harap budaya dan tradisi ini akan terus dihidupkan pada masa hadapan... jika bukan kita yang mengekalkannya, siapa lagi yang boleh kita harapkan, kan?

    BalasHapus
  3. p/s di sini pun kami panggil rewang... mungkin sebab pengaruh masyarakat jawa yang tinggal di sini ;-)

    BalasHapus
  4. Di tempatku juga mbak. Kl lg ada org hajatan pasti pd berbondong2 bantuin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tradisi yang sama ya, aku sampai bingung mau kerja apa kalau sudah rame, akhirnya sempet mainan hape motoin mereka yang sedang rewang hehe (janhan ditiru)

      Hapus
    2. Sama mbak, malah aku seringnya nyicip2 makanan doang. Qkwk

      Hapus
  5. Bisa jadi begitu sist, pengaruh bahasa yang dibawa perantauan ke Negeri Jiran Malaysia hehe

    BalasHapus
  6. jadi tambah lagi nich pengetahuan saya tentang salah satu budaya di indonesia ini. kalau di kampung saya ada juga tradisi saat jika ada hajatan

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga bermanfaat
      tradisinya sama nggak? Yang pasti di Negeri kita itu sangat dikenal dengan budaya gotong royongnya ya

      Hapus
  7. Kirain tonjok itu dipukul mbak Maya, bisa pada benjut dong.😂😂😂,
    ternyata tonjokan itu artinya mengundang ya. Kalo di tempatku namanya sambat mbak. Kurasa tiap daerah di Indonesia punya tradisi macam itu mbak sebagai bentuk gotong royong.😀😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awalnya aku juga mikir gitu, ternyata itu hanya istilah saja cara lain mengundang untuk hadir di suatu acara/hajatan
      Orang kita tuh kreatif banget membuat istilah hehe

      Hapus
    2. Wah kreatif sih, liat aja tuh nama yang ngetren di dumay mbak.
      Ada pelakor
      Ada kelezzz
      Ada masbuloh
      Ada masemde 😂

      Hapus
    3. itu salah satu keunikan dan kehebatan bangsa kita hehe

      Hapus
  8. hehee, teringat nonjok kalau dikampung saya yang dapet tonjokan itu bukannya seneng mbak tapi gelisah, hal itu karena uang yang harus dikeluarkan itu minimal 50 ribu, coba ada 4 tonjokan,, kan 200 ribu juga. habis deh belanja 1 hari heehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngamplopnya jadi agak lebih ya hehe ...
      tapi alhamdulillah rezeki mah ada aja ya

      Hapus
  9. Pantesan kok sama, tradisi dari jawa rupanya hehe...

    Kalo di tempatku sih pakai kotak nasi terus di atasnya di kasih tulisan (mohon doa restu), soal isinya sama aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ini tradisi Jawa yang dibawa dan dijalankan oleh saudara-saudara kita yang diperantauan (Lampung)

      Hapus
    2. ya sama saja kalau di tempat kami ditambahkan dengan kartu undangan

      Hapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. Maaf Saya kira nonjok beneran, ternyata hanya istilah saja, hehe.. Tradisi unik dengan nama unik, patut dijaga kelestariannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kata ini cuma istilah, bukan menyakiti tapi bermaksud menghormati kira-kira begitu mang

      Hapus
  12. Tempat saya juga tradisinya masih begitu mbak
    berarti memang gak jauh beda ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kebanyakan sama, meskipun diperantauan tetap dilakukan juga tradisi ini dan biasanya meski beda suku banyak juga yang mengikutinya hehe

      Hapus
  13. Tonjokan sebagai penghormatan atau sebagai/dianggap yang lebih tua.
    Pakai rantang lebih gimana gitu ya? tapi sekarang cari rantang susah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang sudah sangat jarang kirim tonjokan menggunakan rantang
      kata mereka dikirim tonjokan salah satunya sebagai penghormatan

      Hapus
  14. sejujurnya agak susah juga saya faham..


    apappun saya beranggapan hidup bermasyarakat memang terasa nikmatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul ini juga menyangkut pola hidup bermasyarakat yang sudah menjadi salah satu pola atau gaya berkehidupan dan budaya masyarat di Indonesia

      Hapus
    2. Masyarakat Malaysia pun apa kurangnya..

      masih ada mengekalkan sikap bergotong royong

      Hapus
    3. alhamdulillah semoga tradisi yang baik bisa terjaga dengan baik pula

      Hapus
  15. Gak jauh beda yaa, tempatku juga ada yang namanya horja. Konsepnya hampir sama

    BalasHapus

Terima kasih untuk kehadirannya di blog Maya salam hangat dan persahabatan selalu