Minggu, 23 Oktober 2016

Kehangatan Cinta yang Tak Kunjung Datang

Leave a Comment

Para undangan sudah mulai berdatangan. Tampak pengantin wanita mengenakan kebaya brukat berwarna putih dengan untaian rangkaian bunga melati menjuntai indah di bahu hingga menyentuh kebaya brukat putihnya. Aroma bunga melati menyeruak penciuman setiap undangan yang duduk diruang ijab kabul yang telah ditata rapih dan sangat indah.


Pengantin pria terlihat tampan dan gagah dengan jas berwarna abu-abu selaras dengan kain pengantin wanitanya.


Pengantin wanita dan pengantin pria duduk berdampingan, diapit oleh orang tua masing-masing dari pengantin. Sesekali kedua mempelai itu beradu pandang lalu tersenyum malu-malu.


"Wah, mereka pasangan yang sangat serasi." Suara ibu-ibu yang hadir saat itu berbisik-bisik.


"Ya benar, yang wanita cantik dan yang pria tampan." Suara bisik-bisik yang menanggapinya.


"Semoga mereka menjadi pasangan yang awet ya ...." Suara itu terputus karena pak penghulu sudah memulai acara akad nikah untuk kedua mempelai itu.


"Saya terima nikahnya Lela binti Suryo dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Dengan suara yang sangat mantap mempelai pria mengucapkan ijab qobul.


"Alhamdulillah ...." Hampir secara serentak undangan yang hadir mengucap syukur karena peristiwa sakral itu telah berjalan dengan lancar.


Setelah semua yang berkenaan dengan ritual administrasi pernikahan selesai. Acara dilanjutkan dengan melakukan sungkeman pada orang tua mereka secara bergantian.

Tampak para orang tua itu mengelus-elus pelan bahu putra dan putrinya yang sudah sah menjadi pasangan suami isteri. Para undangan juga mengucapkan selamat pada kedua mempelai yang tengah berbahagia itu.


Ada rasa haru yang teramat sangat hingga kedua mempelai sempat meneteskan air matanya. Orang tua kedua mempelai juga sempat meneteskan airmata haru dan bahagia saat sungkeman berlangsung.


Lela dan Nano berganti pakaian. Lela sekarang berpenampilan bagai permaisuri yang sangat anggun dengan balutan baju pengantin berwarna biru langit dipadu dengan mahkota berwarna silver dengan taburan manik-manik yang berkilau sangat serasi dengan Nano yang mengenakan jas biru senada dengan gaun pengantin wanitanya.


Kini kedua mempelai melanjutkan acara resepsi pernikahanya. Tamu tak henti-hentinya datang silih berganti. Hiburan musik mengalun indah, seindah janji suci kedua anak manusia yang kini tengah bersanding memulai babak baru dalam kehidupan mereka.


Lela anak sulung dari tiga bersaudara, saat ini Lela mengabdi sebagai guru TK di kota tempat mereka tinggal. Nano pengantin pria putra kedua dari empat bersaudara. Nano memilih berwiraswasta.


Lela dan Nano duduk dipelaminan, bagaikan raja dan ratu, mereka sangat bahagia senyum selalu menghias bibir mereka.


"Selamat ya Lela ...." Ucapan selamat seorang teman yang sama-sama mengabdi di Sekolah Taman Kanak-kanak.


"Makasih ya Ti, semoga kamu cepet nyusul." Jawab Lela sambil tersenyum manis.


"Lela, selamat ya moga cepat dapat momongan, hehe ...."


"Aamiin, makasih bu."


"Nano, hebat juga seleramu ya, cantik banget isterimu." Canda teman Nano.


"Hehe, makasih bro."


"Jaga baik-baik Lela, dia sempurna." Bisik teman Nano.


"Sip!" Nano menunjukkan ibu jarinya sambil tersenyum.


Begitu bahagianya pasangan baru ini. Tamu, undangan datang mengucapkan selamat dan doa silih berganti.


Ada rangkaian acara adat yang mereka jalani. Walau bukan adat yang teramat kental, tapi poin-poinnya terpenuhi. Dari sebelum acara ijab qabul hingga proses acara puncaknya yang sekarang mereka jalani.


***


Hari mulai senja, langit tampak merah jingga bagai lukisan abstrak terpampang indah di atas semesta. Akhirnya pesta pernikahanpun usai sudah. Lela masuk ke kamar pengantin, dia duduk menghadap meja rias. Semerbak harum bunga melati tercium menggoda. Tile berwarna pink menghias kamar dengan bunga-bunga yang diletakan serasi dengan badcover indah yang masih rapih di tempat tidur.


Ada beberapa toples berisi kue kering diletakan di meja, ada dua wadah makanan untuk kedua pengantin yang sengaja disiapkan sebelum mereka masuk kedalam kamar.


Tak lama Nano menyusul masuk ke dalam kamar. Nano dan Lela beradu pandang dengan malu-malu. Meski canggung mereka duduk bersisihan dan mulai mencicipi hidangan. Nano mengambil makanan dan menyuapkan pada isterinya. Lela mengikuti apa yang dilakukan Nano menyuapkan makanan ke mulut Nano. Mereka tersenyum, mereka sangat bahagia.


Di luar kamar ada sekilas suara sanak keluarga, "mereka pasangan yang cocok."


"Ya mereka akan menjadi pasangan yang awet." Demikian bisik-bisik anggota keluarga.


Malam semakin larut. Para tamu sudah pulang. Hanya tinggal pihak keluarga yang sibuk membereskan ruangan dari sisa-sisa acara pesta. Terdengar suara tawa disela-sela mereka menyelesaikan pekerjaannya.


Lela benar-benar sangat lelah dengan berbagai rangkaian acara pernikahannya yang harus dia jalani. Walau begitu hatinya sangat bahagia. Lela membersihkan wajahnya dari make up. Merapihkan rambutnya. Mengganti pakaian pengantinnya dengan daster berwarna pink.


Tanpa balutan gaun pengantin dan tanpa riasan make up Lela tetap cantik, sebelum naik ke tempat tidur, Lela memoles bibirnya dengan pelembab bibir dan menyemprotkan farfum pemberian Nano.


Dilihatnya Nano sudah tidur pulas menghadap ke tembok. Lela bisa memakluminya Nano pasti lelah seperti dirinya. Akhirnya Lela merebahkan tubuhnya di pembaringan dan membiarkan Nano tidur dan menikmati istirahatnya.


Malam berlalu tanpa ada kisah malam pertama layaknya pengantin baru. Lela tidak mempermasalahkan hal ini.


"Maaf aku sangat lelah" kata Nano pagi itu.


"Tidak apa, aku juga begitu" jawab Lela maklum.


Lalu waktu berputar kian cepatnya. Sudah satu bulan berlalu peristiwa sakral terlewati. Lela merasa tak menemukan kerlip cinta di mata Nano.


"Kita pindah rumah ya, aku sudah menyewa rumah untuk kita tempati walau tak sebagus rumah orang tuamu, aku harap kamu suka tinggal di rumah itu nantinya." Tiba-tiba Nano menyampaikan berita ini.


"Loh kok gitu kak? Aku pasti senanglah, tapi kenapa terkesan dadakan kak?" Lela agak kaget karena Nano tidak pernah cerita kalau dia mencari rumah sewaan untuk mereka berdua.


"Kapan kita minta izin sama bapak dan ibu, aku ingin segera pindah." Nano seperti sudah tidak betah tinggal sama mertua.


"Ya kita bisa minta izin sekarang, kalau kakak menginginkannya." Lela hanya mencoba memahami keinginan Nano suaminya. Ada harapan di hati Lela, dia akan temukan lagi kerlip cinta dari seorang Nano suaminya ini.


Selama sebulan sejak dari pernikahan hingga saat ini, Nano tak pernah lagi berlama-lama menatap wajahnya. Meski Lela terus mencoba mendekati, tapi Nano bagai menciptakan tembok yang tinggi. Lela hanya berusaha terus memahami sifat suaminya yang berubah drastis.


Hari ini Lela seakan menemukan jawaban dan beranggapan perubahan sifat Nano karena tidak nyaman satu rumah dengan mertua.


"Bu, pak, kami minta izin untuk menempati rumah yang sudah di sewa kak Nano." Suara Lela meminta izin pada kedua orang tuanya.


"Ya sebenarnya bapak dan ibu tidak keberatan kalian untuk tetap di rumah ini, tapi kalau kalian ingin mencoba hidup mandiri, ya bapak dan ibu tentu merestuinya."


"Terima kasih pak." Jawab Nano.


Akhirnya mereka menempati rumah barunya. Lela yang terus berharap agar bisa kembali mendapat kehangatan cinta dari suaminya setelah menempati rumah baru.


Sementara Nano semakin sibuk dengan bisnis barunya. Sering kali Nano pulang larut, bahkan tidak pulang dengan banyak alasan. Lela dibuat bingung dan sedih dengan sifat Nano. Di usia pernikahannya yang sudah mencapai enam bulan Nano semakin dingin saja.


Semakin hari kian tampak keanehan. Saat di rumah Nano selalu tidur menempati kamar lain. Saat tidur sekamar pun Nano bersikap dingin mengacuhkan Lela yang tergolek di sampingnya.


Lela kembali menelan kegetiran hatinya. Menyimpan air matanya. Selalu berprasangka baik pada Nano suaminya. Lela tak mungkin mengadu pada orang tuanya, karena hanya akan melukai perasaan orang tuanya. Semua kekecewaan ia pendam dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Lela masih terus berharap akan datangnya kehangatan cinta dari Nano suaminya.


***


Pagi itu Nano baru pulang ke rumah setelah dua hari tidak pulang. Memang Nano pekerja yang ulet. Terbukti dalam enam bulan usia pernikahannya Nano sudah bisa membeli mobil dan sudah bisa menyewa rumah yang terbilang lumayan.


Lela melihat suaminya sangat lelah. Lela mencoba maklum dengan keadaan ini. Lela hari ini libur tidak masuk kerja dia memilih untuk menemani suaminya di rumah.


Lela membuka kulkas memastikan persediaan makanan, hari ini Lela ingin masak istimewa untuk suaminya. Karena persediaan di kulkas tidak cocok dengan menu yang akan dia siapkan. Lela memutuskan untuk berbelanja.


"Kak, Lela izin kepasar sebentar ya, mau beli sayuran."


"Ya."


Berkali-kali Lela menstater motornya tak juga mau hidup. Akhirnya ia memutuskan memakai mobil saja.


"Kak boleh pinjan mobilnya, motor tiba-tiba ngadat kak."


"Pakailah." Nano memberikan kontak mobilnya dan langsung masuk ke kamar mandi.


Lela masuk ke dalam mobil. Lela sangat kaget ada tas perlengkapan komestik yang ada di dalam mobil. "Milik siapa ini?" Batin Lela, disentuhnya tas make up itu, dengan sangat hati-hati dibukanya tas make up berwarna pink transparan, "astaga, ada apa dengan semua ini?" Pikir Lela dalam hati.


Lela berusaha menepis pikiran buruknya. Lela tetap menganggap suaminya orang baik yang tak mungkin selingkuh atau apalah sejenisnya. "Nggak mungkin, kak Nano khianati aku."


Sepulang dari pasar Lela membawa turun perlengkapan kosmetik itu berikut barang belanjaannya.


"Kak, ini punya siapa?"


"Itu milikku, kenapa?" Nano menjawab dengan gaya yang tak pernah terlintas dalam benaknya. Gayanya yang kemayu bagai wanita remaja. Membuat Lela tiba-tiba menjadi mual dan jijik pada lelaki yang sedang berdiri di hadapannya.


"Kak." Seketika dunia seakan berhenti berputar dan menjadi gelap. Lela benar-benar tidak menyangka suaminya seorang yang tak pernah ada dalam pikirannya.


Betapa hati Lela hancur setelah tahu bahwa suami yang dinikahinya segenap cintanya lebih memilih cinta terlarang. Selama enam bulan Lela berusaha menekan prasangka buruk pada suaminya. Enam bulan pula dia memberikan jawaban terbaiknya untuk setiap pertanyaan yang muncul dalam pikirannya.


Kini Lela tidak bisa lagi untuk terus bersikap wajar menghadapi keanehan yang kerap ia temukan pada suaminya. Lela menemukan jawaban dari pertanyaannya selama ini, kehangatan cinta yang tak kunjung datang.


Lela tiba-tiba merasa sangat lemas dan tubuh mungilnya hampir saja ambruk ke lantai kalau saja tangan kekar Nano tak segera menahannya.


Nano langsung menggendong Lela yang terkulai lemas tak sadarkan diri. Nano segera memberi bantuan pada Lela, membaluri badan Lela dengan minyak angin.


Beberapa saat Lela membuka matanya, lalu menangis terisak-isak, Lela menangisi nasibnya yang malang. Nano membawa secangkir teh manis hangat untuk Lela.


"Minumlah teh ini selagi hangat."


Bersambung ....

If You Enjoyed This, Take 5 Seconds To Share It

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih untuk kehadirannya di blog Maya salam hangat dan persahabatan selalu