Rabu, 23 November 2016

Aku Menunggu dan Tak Ingin Melupakannya

12 comments

Di kafe RO meja nomor 10, aku duduk di kursi coklat jati dengan sandaran empuk berwarna kream. Secangkir kopi dan kotak tisue dari plastik berwarna pink di meja yang ada dihadapanku. Ku letakkan tas kulit ku berwarna hijau di samping kotak tisue. Aku menunggu dan tak ingin melupakannya. Aku menunggu seseorang menghubungiku, lewat telpone genggamku meski tak yakin tapi aku melakukannya. Sejurus aku melihat para pengunjung keluar masuk kafe. Pelayan kafe dengan seragam dan ekspresi alami mereka mengantar makanan dan minuman ke meja-meja.

Tidak seperti hari sebelumnya, aku hadir hari ini di kafe RO seorang diri. Sekilas aku merasa iri pada mereka yang datang di kafe RO hari ini, mereka makan bersama dengan pasangan, keluarga atau teman-teman. Mereka terlihat sangat bahagia. 

Berulang kali aku merasa telepon genggamku bergetar. Mataku seakan tak mampu berkedip nanar, menatap layarnya untuk memastikan memang tidak ada SMS atau panggilan yang masuk. "Tidak ada ....," bisik hatiku.

Aku kembali membuka SMS yang masuk. Percakapanku dengannya Via SMS beberapa hari yang lewat :

“Hai! Kau masih pacarkukah hari ini?”

“Tentu saja kau pacarku, tidak ada yang berubah hari ini." Balasku.

“Kau merindukanku?”

“Ya, selalu begitu." 

"Kau tidak menanyakan perasaanku?"

"Emang ada apa denganmu?"

“Tidak bisakah kau menanyakan dengan sedikit romantis?”

“Maaf."

“Tidak apa, aku tahu."

"Tentang apa?"

"Kau rumit."

“Hehe.”

“Hmm.”

Percakapan yang ingin selalu ku ingat. Aku tidak ingin melupakannya, karena melupakan percakapan itu maka aku kehilangan dia. Aku mungkin tidak kehilangan dia dalam arti yang sesungguhnya, pastilah tidak sekonyol itu, tapi ini tentang perasaanku saja. Aku merasa kehilangan dia meskipun dia tidak meninggalkanku. 

Aku kembali melanjutkan membaca percakapanku dengannya Via SMS :

"Kau aneh!"

“Apa aku aneh?”

“Eh, kenapa?”

“Aku ingin menyimpan semua percakapan kita karena aku takut kehilangan."

"Tanpa kau simpanpun tidak akan ada yang kehilangan, kau milikku, aku akan selalu bertanya setiap pagi."

"Apa yang ingin kau tanyakan?"

Balasku

"Apakah engkau masih pacarku hari ini?"

"Hehe, kita tidak akan terpisahkan oleh apa pun.”

“Apakah engkau merasa sakit?” 

“Tidak. Aku cuma merasa sedikit cemas dengan perasaanku."

“Akhir-akhir ini memang agak aneh.”

“Apa yang aneh?"

“Ya ...., kau, kau aneh!"

“Iya, ya. Aku tahu itu.”

Akhirnya kini aku betul-betul merasa aneh. Aku duduk di kafe RO dengan segelas orange juice dan sibuk membaca ulang percakapan Via SMS denganmu beberapa hari yang telah lewat. 

Kelak aku akan mengingat hari ini di mana aku duduk seorang diri di kafe RO seorang diri dan sibuk membaca ulang SMS darimu.

Tentu saja  aku berharap kami jangan saling melupakan, setidaknya tidak melupakan dengan cepat. 

Aku gelisah menatap telepon genggamku yang belum juga menerima panggilan atau pesan dari seseorang yang bertanya, "masihkah kau pacarku hari ini?"

Tentu Ini tidak biasa. Ia tidak pernah melewatkan hari tanpa  meneleponku. Kalau sangat sibuk, ia sempatkan kirim pesan. Entahlah, apa ia benar sibuk? Atau sedang sibuk melupakanku! Memberi kejutan untuk meninggalkanku. Tidak mungkin! Rencana jahat apa itu? Mana mungkin!

Aku kembali membuka percakapanku dengannya berapa hari lewat :

“Kalau kangen kau bisa telepon daripada berpikir macam-macam ya ...."

“Tidak aku tidak mau melakukannya.”

“Memangnya kenapa, kau pacarku?"

“Aku mau kau yang kangen, bukan aku, hehe ...."

“Ah! Kau membuat rumit saja."

Itu kalimat yang sangat tepat, "aku rumit."

Sering kali kami bicara hal ini, "kenapa tidak aku yang menelepon dia?" Ini memang menyebalkan! Kenapa sih serumit ini? Tinggal pilih namanya dan bertanya mengapa dia tak menelponku. Ku katakan padanya aku tidak bisa bila tidak dihubungi olehnya.

Ya aku rumit, aku sangat tidak bisa melakukannya. Jika aku melakukannya, aku bisa pastikan, selamanya menyesali diri. Aku akan merasa akulah yang mencintainya, sedangkan dia tidak terlalu mencintaiku. Seseorang yang tidak merasakan dicintai sejak kecil, yang sedang menuntut dicintai setelah dewasa. Halah, pemikiran konyol apa ini? Perasaan yang sangat menyakitkan! Ini mengerikan!

Aku raih tasku yang tergelatak di atas meja. Perlahan kumasukkan telpon genggamku ke dalam tas. Aku harus membuang jauh-jauh keinginan untuk menghubunginya. Dadaku terasa sesak.

Aku panggil pelayan kafe yang melintas di sampingku,"bawakan juice sirsak untukku!"

"Baik!" Tampak pelayan kafe sedikit membungkukkan tubuhnya dan tersenyum ramah.

Kupandangi juice sirsak di meja. Aku ingat kata,"kau aneh!"

"Mengapa?" jawabku.

"Kenapa kau pesan ini?"

"Tidak apa!"

"Ya, dimana akal sehatmu?"

"Aku sedang kacau, aku ingin mencobanya!"

“Jujur saja, kau bukan orang yang menarik dalam banyak hal, kau benar-benar aneh!"

“Jangan memulai, sudahlah!"

“Kau tidak tahu apa yang kaubutuhkan!"

“Kita sedang membahas apa ini? Pembicaraan ini mulai tidak relevan.”

“Kau tidak lebih dewasa dari gadis usia belasan tahun!"

“Ingat ya kita bicara tentang minuman, juice sirsak yang aku pesan. Kau terlalu melebar, berhentilah!"

“Ya, tentang kau yang berumur tiga puluh tahun dan tetap tidak tahu minuman apa yang seharusnya kaupesan. Itu yang kau sebut relevan, bagaimana?"

“Berhentilah sinis padaku!"

“Aku sinis padamu? Ya memang!"

“Kau harus tahu masalah minuman tidak perlu dibahas serius.”

“Bagiku harus.”

“Aku muak pada kau yang selalu serius. Hidup itu juga soal humor. Ngerti!”

“Baik. Kita tidak cocok. Kita putus.”

Tiba-tiba aku merasa bersyukur dia tidak datang hari ini. Setidaknya tidak ada pertengkaran tentang minuman yang aku pesan. Aku tahu ia bukan lelaki yang bisa menahan pikirannya, ia bisa sangat pedas dalam menilai sesuatu, tanpa perasaan, sementara takdirku adalah mencintainya.  

"Kemana dia, Ia belum juga menelepon, belum mengirim pesan? Sedangkan aku sudah merasa menunggunya ratusan tahun, padahal ia meneleponku kemarin pagi." Bisikku lirih.

Dulu, dia pernah berjanji saat memintaku jadi pacar bahwa ia akan selalu bertanya setiap pagi, "Masihkah kau pacarku hari ini?" Katanya itu caranya menunjukkan rasa takut kehilanganku. 

Tapi, aku sudah kehilangan dirinya, sudah setahun. 

"Sebaiknya kita berpisah. Aku tidak tahan lagi denganmu. Kau rumit sekali. Senang mengacaukan hari-hariku. Aku ingin sendiri dalam waktu yang sangat lama. Aku ingin tenang." Itu yang ia katakan setahun yang lalu.

Tak lagi ada telpon darinya, SMS darinya juga tidak pernah ada lagi. Dia telah mampu melupakanku dengan sangat cepat. Sedang aku masih bertahan dengan perasaanku. Masih menunggunya lewat kata, "Masihkah kau pacarku hari ini?" Alasanku ada di kafe RO hari ini. Aku percaya dengan mengingatnya aku tak akan kehilangan dirinya. Aku tidak perlu takut dengan perasaanku. Aku harus tenang dan tidak perlu berfikir yang tidak-tidak. Apalagi memikirkan hal yang sangat mengerikan. Tidak boleh!

Kembali kuingat suara orang-orang berteriak didepan kafe.

Braaaaaakk!!!!!! Suara itu sangat keras sekali. Aku melihat kerumunan banyak orang. Ya sangat bising! Sirine. Klakson kendaraan yang sangat memekakkan telingaku. Orang di dalam kafe seketika berhamburan keluar. Ada tubuh lelaki berkemeja biru yang terkapar kaku dengan berlumuran darah. Ya hanya itu yang bisa ku ingat. Hingga aku terbangun dalam ruang yang tak pernah aku datangi. 

"Syukurlah kau sudah sadar, kami bisa mengantarmu pulang sekarang. Tidak usah khawatir kau baik-baik saja nona."

If You Enjoyed This, Take 5 Seconds To Share It

12 komentar:

  1. Ya, kamu masih pacarku dan aku tak pernah berubah bahkan aku setia menunggmu saat kamu tak sadarkan diri. hehe

    BalasHapus
  2. Akhir cerita nggak terdeteksi. Hehehe, suka bacanya, salam kenal ya Mbak, aku follow blognya ya :)

    BalasHapus
  3. Masih sama, bahkan saat jiwamu telah kembali pada sang pencipta
    Ingat dan tak terlupakan

    BalasHapus
  4. Kesetiaan yang sangat mahal, lelaki itu tak mungkin datang lagi
    Sungguh tragis

    BalasHapus
  5. Ceritanya mengigatkan akan seseorang.

    Salam kenal.

    BalasHapus
  6. tetap setia menunggu walau badai datang menerjang.., kesetiaan jangan pernah hilang.

    BalasHapus
  7. Duh, emang aneh itu mah. Ahaha. Males amat ditanyain gitu setiap hari. :(

    Itu terakhirnya si cewek tertabrak mobil terus mati apa gimana? :/

    BalasHapus
    Balasan
    1. kenangan tidak akan menghidupkan yg telah mati

      Hapus
  8. kesetiaan sampai matikah?
    atau.....
    cerita yg membuat pertanyaan. .

    BalasHapus
  9. Jidul lainnya, Menolak move on.
    Masih ada lanjutannya kah?

    BalasHapus
  10. I am very happy that I could read this post.
    London Escorts

    BalasHapus

Terima kasih untuk kehadirannya di blog Maya salam hangat dan persahabatan selalu

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda