Kamis, 09 Maret 2017

Sepuluh Tahun Telah Berlalu

42 comments

"May ..., tunggu buru-buru amat sih!" Andrian menghadangku.

"Mau apa, kalau mau pinjam buku catatan, maaf aku nggk boleh!" Dengan kesal aku kembali duduk di kursi.

"Tapi aku tidak mencatat tadi May, tolonglah."

"Dari tadi kamu ngapain aja!" Aku kesal.

"Aku, dari tadi mandangin kamu, hehe ..., kamu pasti pura-pura nggk ngerasakan?" Andrian bergeming berdiri di samping kursi yang diduduki May.

"Halah! Pasti karena telingamu tertutup rambutmu tuh, jadi apa yang pak Amrana ucapkan tadi kau tidak dengar, iyakan?" Aku makin gemas melihat gaya Andrian yang belagak lugu.

"Eh, ini bukan masalah rambutku May, tapi konsentrasiku ke kamu dari tadi tuh, kamu aja sok cuek." Andrian membungkuk dan menompangkan tangannya di mejaku sehingga wajahnya tepat berada dihadapanku.

"Aku nggk suka lihat gaya rambutmu, awas! Aku mau lewat!" Aku langsung berdiri dan mendorong tubuh Andrian, tapi Andrian bergeming dan langkahku kembali tertahan.

"Aku akan menyingkir dari hadapanmu, tapi aku ingin dengar darimu, jadi ..., e ..., bagusnya rambutku ini digimanakan agar kau suka?" Andrian mengelus rambutnya dengan tangan kanannya.

"E ..., botak!" Aku asal jawab yang penting Andrian memberikan jalan untukku.

"Hahaha ...., kau lihat besok penampilanku, kau pasti suka ..., silahkan lewat Maya cantik, sampai jumpa besok ya ..., hehehe ..." Andrian mempersilahkan aku lewat sambil membentangkan tangan kanannya.

"Permisi, wek ..., hahaha." Aku langsung mengambil langkah lebar meninggalkan Andrian.

"Tak usah tergesa May, kalau aku mau sudah ku tangkap engkau sejak tadi, hahaha..."

Aku percepat langkahku meninggalkan Andrian yang masih tertawa, entah apa yang lucu? Mungkin juga tengah menertawakanku.

***

"Maya! Ayo cepat! Ayah segera berangkat!"

Aku berangkat sekolah selalu bersama ayah. Karena untuk menuju kantor ayah melewati sekolahku. Padahal aku sudah merengek berulang kali pada ayah minta dibelikan motor. Motor sekenpun tak apa, yang penting nggak mogok-mogok. Ayah tidak juga mengizinkan kata ayah belum waktunyalah, belum bisa buat sim-lah, nanti saja kalau sudah bisa buat ktp dan sudah ada sim. Ah! Begitulah ayahku.

Sebenarnya tidak masalah aku berangkat sekolah bareng ayah, tapi pulangnya ini aku harus jalan kaki ke terminal untuk naik angkot yang menuju rumahku. Ya kalau cuaca terang tidak hujan, kalau hujan aku harus menunggu reda atau aku hujan-hujanan, huh! Menyebalkan.

Seperti biasa aku selalu sampai sekolah lebih awal. Bahkan aku sering kali datang pintu gerbang sekolah belum di buka, yah begitulah. Kalau aku terlambat sedikit ayah akan terjebak macet, bisa terlambat ayahku masuk kantor. Dan aku tidak ingin itu terjadi.

Aku langsung menuju ruang kelasku. Tidak lama beberapa temanku datang. Ada yang hanya menaruh tas di laci terus pergi lagi menuju kantin sekolah. Ada yang sibuk menyontek PR, ada yang mematut wajahnya dicermin, ada yang membahas berita-berita hangat dan terpopuler versi masing-masing.

"Wiy! Makhluk dari mana nih?!"

"Mimpi apa?"

"Patah hati ya?"

"Nyasar ya?"

Aku tersentak, membalikkan badan dan langsung membekap mulutku dengan kedua tanganku.

"Hahaha ..., Andrian lu kenapa? Rambut lu dikemanain?"

"Ah, gua tahu ..., lu patah hatikan? Maya tega banget bikin Andrian gini." Suara itu langsung disambut derai tawa seluruh yang ada diruangan.

Andrian maju satu langkah dan tersenyum, sambil menganggukan sedikit kepalanya, "Maya kau sukakan , aku botak gini?" Andrian sambil cengengesan.

Aku tersenyum sambil menelan ludah , tiba-tiba tenggorokanku mendadak kering, "Andrian kau tetap manis kok." Sengaja aku pelankan suaraku, aku tak ingin yang lain mendengarnya. Tapi seketika ruangan menjadi hening dan suaraku mengisi seluruh ruangan. Tak ayal lagi sontak teman-temanku seakan ada yang memandu memberikan selamat.

"Selamat ya ..., semoga langgeng hehehe ..."

"Cie ..., cie serasi deh!"

Aku tersipu dan langsung duduk. Aku berpura-pura sibuk mencari sesuatu di dalam tas. Tidak lama bel tanda jam pelajaran sekolah di mulai. Aku seakan merasa tertolong dengan situasi ini. Mencoba menepis grogi dengan bernafas lega. Jujur saja aku merasa bersalah pada Andrian. Aku kan cuma asal jawab, eh Andrian serius menanggapi dengan mencukur gundul kepalanya. Ya ampuuun Andrian apa yang ada dalam pikiranmu?

Aku mencoba mencuri pandang pada Andrian. Tatapanku beradu pandang, aku tidak menyangka Andrian sedang melihat ke arahku. Aku tersenyum berharap senyumku bisa dimaknai sebagai permintaan maaf karena sudah membuat kepala Andrian botak.

***

Sepuluh tahun telah berlalu.

Meski telah terpisah aku masih bisa bertukar cerita lewat medsos. Yang lebih sering digunakan akun facebook. Di facebook aku menemukan teman-teman SMA.

Walau tidak bisa mengontak semua teman-teman SMA dulu, tapi lumayanlah ada beberapa yang lumayan eksis di facebook.

"Maya, gimana kalau kita reuni?" Inbok Rini.

"Ide bagus sih, tapi gimana yang lain?" Balasku.

"Yah kita coba dulu deh!"

"May, Lisa setuju."

"Ok, sambil menunggu yang lain, baru kita tentukan waktunya."

"Sip, aku tunggu deh kabar selanjutnya."

"Aku akan rayu Andrian untuk datang, spesial untukmu May, hehe ...." inbok Rini, menurutku Rini tidak banyak berubah masih tetap cantik, perduli, usil sedikit centil.

"Haha .... Apa mungkin Andrian bakal tergoda oleh rayuanmu say, dah aku of dulu, aku harus menjemput gadis kecilku dari sekolah, bye ...."

"Eh, May salam ya buat bapaknya gadis kecilmu, haha ...."

"Benar dugaanku kau tidak banyak berubah Rin, haha ...."

Aku langsung keluar dari akun facebook ku, kalau tidak bakal pance deh. Hem, sekilas dalam angan sosok Andrian. Wajahnya memang tampan, kata-katanya yang jahil kadang membuatku kesal, jengkel. Andrian yang sering menghujaniku dengan kata-kata pujian. Hem ..., Andrian ..., sayang kau tak segigih sang fotografer yang sekarang telah mengikatku.

Avanzaku melaju perlahan, sepelan ingatanku ke masa putih abu. Ah, sepuluh tahun telah berlalu apa mungkin aku masih bisa menemukan kejahilan Andrian.

Sekolah sudah mulai ramai dengan para orang tua yang ingin menjemput putra putrinya pulang sekolah. Aku membaur diantara wali murid lainya.

Bersambung ....

If You Enjoyed This, Take 5 Seconds To Share It

42 komentar:

  1. Halo maaf ya buat teman-teman yang namanya aku ambil dalam cerita ini, sungguh ini kerinduanku saat masih di MWB, terima kasih untuk izinnya
    selamat pagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya maafkan jauh sebelum artikel ini tayang kok neng

      Hapus
  2. Wah bersambung ya.. mau komen jadi nanggung nih, okelah komen aja. Jadi gini..

    Meski dia beneran cinta.. tapi ada lho tipe pria yang lama2 bosen karena gebetannya jaim terus. Jadi dia merasa.. "ah ngapain gue nguber2 si jaim terus, yang lain kan banyak.. toh gue juga kan gk jelek2 amat". Mungkin gitu kali mikirnya, jadi bukan karena dia nggak bisa atau nggak mau gigih.
    Mungkin..

    Suasana MWB yang penuh canda memang bikin rindu, hiks.. srot srosoot.. hiks..
    Tisu.. mana tisunya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya belum tahu juga sambungan bakal ada apa nggk, lagian di episode ini sudah ada endingnya kan?

      Tipe cowok yg begitu sih, kurang begitu untuk diperhitungkan, bagus deh mundur duluan sebelum jadi, dari pada mundur setelah jadian hehe

      Di MWB ada semacam kekeluargaan, komen dg canda, tokoh cerita teman-teman sesama blog
      Kenangan manis deh

      ih jorok sroot ...srot pilek ya

      Hapus
  3. Wah.. selalu ada kenangan kayakgitu2 ya Mbak hihihi. AKu pernah juga :D
    Serasa mirip nni sama kisah2 lama. NGgak tahu sambungannya kayak apa, ditunggu ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe,
      aku harus jawab apa ya? ini fiksi kok say ...
      ya belum kepikiran sambungannya apa, lg nunggu ada yg curhat haha

      Hapus
  4. Saya dulu juga ngeblog di mwb, seru memang orang orang yang ada di sana.

    Mwb meninggalkan kenangan ya bumayaa,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh ya, alhamdulillah ketemu di BS nggak nyangka ya

      ya begitulah, kehangatan warga MWB sangat melekat dalam ingatan
      terima kasih

      Hapus
  5. He..he..
    Sepertinya banyak yang kangen MWB nih..!

    Keliatannya Andrian sengaja botak biar tetap dapat perhatian dari May' !

    Lanjutkan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya iyalah kenal pak Indra Hidayat juga dari istana itu kan hehe ..

      Andrian tak segigih awal pdkt
      ok aku tunggu yang curhat dulu deh buat bahan sambungannya haha ...

      Hapus
  6. maaf nama saya koq nggak ada dalam cerita ini yah, hihihi... #ngarepmodeon

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, boleh deh Maman Achmad episode yang akan datang
      *mikir apa gue sanggup bayar honornya) 😂

      Hapus
  7. Cieee inget mantan ya mbak, hehe.. 10 thn berlalu dan sang fotograper lah yg menang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, mantan terindah
      yah gitu deh ibaratnya kontes harus ada pemenangnya
      walah kok ke kontes segala sih?

      Hapus
  8. Sambungannya belum jelas ya, padahal saya mau tau gimana acara reuninya.. kayaknya seru tuh.

    Dari cerita di atas kan sudah jelas :
    1. Andrian sampe cukur rambut, meski sepele tapi itu termasuk bentuk pengorbanan lho, tapi si may tetep jaim.
    2. Si may bilang wajah andrian lumayan oke, jadi udah pasti jaranglah ada manusia yang bertampang lumayan mau nguber cinta sampe koprol2 segala? Kecuali kalau dia nggak tau malu.

    Orang bertipe andrian yang saya tau tapi gk saya kenal mungkin ya itu Si Joni Iskandar, buktinya dia suka nyanyi 'aku bukan pengemis cinta', haha..
    Tapi karena cerita di atas gk keseluruhan jadi bisa saja penafsiran saya salah.

    Btw cerita di atas cuma fiksi kan? Syukurlah... soalnya kalau beneran mbak pasti kesel saya bilang jaim (jaim atau malu ya? Auk ah), hehe..

    Bukan pilek, tapi sedih.. ya jadi ingusan deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berasa jadi tokoh Andrian ya, haha ...
      Fiksi? ya elah nggak peka nih ..., tipe-tipenya sih,
      reuninya pengennya sih seru, tapi entar dulu deh,
      terus kapan jadwal curhat lagi dong 😛
      nggk kesel kok biasa aja, gelar jaim nggk masalah kok

      Hapus
    2. Bukan berasa, aku kan cuma membela kaumku aja, haha..

      Jadi bukan fiksi ya? Ah aku jadi bingung.. oya boleh pegangan nggak?
      Jadwal curhat.. kamu dong yg atur? hehe

      Hapus
    3. cie yang pasang badan jadi pahlawan, dua jempol
      deh haha

      nih pegangan di tiang listrik
      jadwal curhat nanti deh tanya sist Lisa hehe ..,

      Hapus
  9. Dalem banget ceritanya... ekhemm... *menduga

    BalasHapus
    Balasan
    1. sedalem apa sob, kalau sedalam sumur masih bisa ditimba loh hehe
      ok terima kasih

      Hapus
  10. Ini pantasnya bikin novel, bagus neng. Makasih saya jadi teringat masa lalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. haduh masih jauh banget, nggk sejauh itu, enjoy aja nulis amatiran
      terima kasih, ya semua tentu punya masa lalu

      Hapus
  11. Heemm!! tak terasa yaa!! seperti baru kemarin duduk dibangku sekolah eehh!!! tahu2 sudah punya momongan buah dari hasil pernikahan seorang Maya & Sang Fotograper...Lantas gimana nih kalau profil Andrian masuk dikehidupan Maya..??? Seandainya Disuruh Memilih pilih Andrian Botak apa Sang Fotograper tercinta...haahaaa!!! mungkin keduanya punya kesan menarik bagi Maya.? yaa!! asal jangan milih si Emde aja haahaaa!!! PA.



    Yaa!! Bahas MWB lagi jadi ingin kemassa lalu ..terkadang sering terlintas cuma apa mau dikata cuma bisa mengenang & belum ada penggantinya tuh meski Perfoma yang lain punya pesona..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Weh jagonya cerita fiksi terpangil untuk hadir rupanya

      itu dia masalahnya, antara Andrian dengan Emde rada membingungkan

      Iya betul, suasana MWB ngangenin, tapi alhamdulillah masih bisa bertegur sapa, meski terpencar

      hehe

      Hapus
  12. Hmmm, saya jadi kangen ke masa putih abu-abu, hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. masa putih abu-abu, memang banyak kenangan yang manis untuk dikenang

      Hapus
  13. Anjirrrr lagi seru kenapa bersambung kayak drama Korea bikin gemeeessss

    *bantinghape

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, ntar banting hapenya, aku sia-siap dulu
      sayang hape bagus gini hehe

      Hapus
  14. Jadi keinget masa-masa waktu di esemka, huhu. Suka dijahilin sama temen cowok, tapi bukan naksir-naksiran sih, cuma becanda2 aja, yang ditaksir justru jarang becanda huhu:')

    Hahah, beneran dibotakin ya, Rambutnya. :o

    Masih bersambunggg aakk>.<

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, ya bener sih kalau temenan memang asyik becanda nah kalau udah jadian cemburuan ya kan?

      Hapus
  15. Ya iyalah.. kalau gk cemburu berarti gk cinta, atau jangan2 bukan manusia.
    Lho kok aku yg jwb sih? Sori.. hehe..

    Btw komenku udah berapa ya? dulu di MWB sih komen mondar-mandir udah biasa seru2an, tapi ini kan di BP.. ah aku jadi malu, ngabur aah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Manusiawilah, cemburu juga anugerah yang harus di syukuri dan dinikmati

      tapi hebat loh, cemburu berani komen, ada yang cemburu sampai tidak mau komentar haha ...

      Hapus
  16. Balasan
    1. Hati2 kawan2.. atas saya belum BAB seminggu! hehe..

      Hapus
  17. Balasan
    1. salut nih, bawa virus PA di BS
      untung aku udah lengkap vaksin nya jadi aman deh hehe

      Hapus
  18. Andrian? Jadi ingat om EmDe, saya.

    Nah, gara2 baca komen jadi ilang apa tadi yang mau aku komen. Hehe

    BalasHapus
  19. Setelah saya baca ulang bolak- balik saya mengenal tulisan cerpen ini, sampaikan salam kangen saya buat beliau, ya mbak maya, semoga beliau sehat selalu. Amin

    BalasHapus
  20. bagus alur ceritanya mbak,cocok dibikinin cerpen nih

    kenangan itu memang sulit dilupakan ya

    BalasHapus
  21. ikutan nyimak kenangan satu dasawarsa....

    BalasHapus
  22. Nah bersambung..
    Bagus mudah dimengerti juga mengingatkan kisah sma
    Komen nya juga bersambung lah....

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya bersambung mentok cari bahan dulu hehe

      Hapus

Terima kasih untuk kehadirannya di blog Maya salam hangat dan persahabatan selalu