Percakapan imajener selalu saja menggelayuti pikiran Imay, berulang-ulang hadir bagai rekaman yang terus diputar di dalam benaknya. Perempuan dengan piyama biru muda itu tak jua mampu mengatupkan kedua kelopak matanya. Sementara malam kian larut dan hening, hanya terdengar suara detak jarum jam yang tergantung di dinding kamar yang luas dengan perlengkapan tidur dan meja rias yang terletak di sisi kiri dipan jati berukir sepasang angsa yang saling berhadapan.
Dikelopak mata Imay bergelayutan banyak kenangan di masa silam. Ada percakapan diam-diam dalam khayalnya. Imay seakan bertatapan dengan Edison, lelaki masa lalu yang tak jua kunjung pupus dalam kehidupannya.
Imay telah mempunyai dua malaikat kecil yang lucu, pandai dan lincah. Ya, Azhar telah memberinya kehidupan yang indah bersama kedua malaikat kecilnya.
Namun, ditengah kehidupannya yang indah bersama Azhar dan anak-anaknya yang kian tumbuh, Imay masih sempat direnggut bayang-bayang Edison. Lelaki yang telah berhasil menggetarkan hatinya semasa SMU, Edison cinta pertamanya. Namun, cinta ini tak pernah terungkapkan oleh keduanya.
Secara fisik Edison tidak terlalu tampan dan jauh dari gagah bila dibandingkan dengan Azhar. Imay sendiri tak pernah menemukan alasan mengapa Edison begitu menyita perhatiannya. Hubungan pertemanan yang sangat akrab dan selalu menghabiskan waktu bersama baik saat belajar maupun ketika jalan-jalan menghabiskan senja berboncengan motor atau sekedar nonton film-film yang bergenre remaja selera Imay dan Edison di masa itu.
Semuapun berakhir setelah acara perpisahan sekolah. Semua kenangan antara Edison dan Imay pun terkubur bersama waktu yang terus berjalan.
Imay ingat kata-kata yang Edison ucapan saat acara reuni sekolah "Andai saja sejarah boleh berulang, Sejarah akan tenggelam sendiri setelah orang-orang mengenangnya lalu pergi bagai embun yang di tepis rona matahari di pagi hari." Imay merasa ada misteri di balik kata-kata yang diucapkan Edison saat itu.
Meski Imay dan Edison kuliah di universitas yang sama pun tidak ada cerita yang istimewa untuk dicatat dari pertemanan mereka.
Semua berawal sejak reuni sekolah.
"Imay, kau makin cantik saja." Edison menyapa Imay di acara reuni sekolah. Imay yang tidak menyadari Edison yang tiba-tiba saja sudah berdiri dihadapannya. Reuni sekolah menjadi ajang bertemunya kembali Imay dan Edison setelah mendekati satu dasawarsa berpisah.
Imay dengan dres berwarna hijau lumut dengan rambut lurusnya tergerai meski dengan make up seadanya tetap memancarkan kecantikannya. Bibirnya yang tipis di poles lipstik berwarna merah muda seketika mengukir senyum ramah. Dengan agak tersipu Imay menjawab pelan, "Eh! Son kau juga tampak beda."
"Kau pandai merawat hingga kau tetap cantik, bahkan lebih cantik dari semasa sekolah dulu."
"Ah kau ini, ok ..., kau lebih berwibawa dan sekarang pandai ngegombal hehe ...." Imay menggeser posisinya sedikit menjauh dari Edison.
"Kau belum mendapat tempat duduk? Duduklah di sini sebentar lagi acara akan dimulai!"
"Tidak! Terima kasih, nanti saja aku mau menemui teman-teman yang lain dulu."
Pertemuan itu benar-benar membuat rekaman kata-kata dan perasaan yang sempat terjalin begitu saja. Sementara acara berlangsung Edison menghampiri Imay dan langsung duduk di sebelah Imay. "Ini kubawakan untukmu." Edison menyodorkan orange jus pada Imay.
"Son, tak usalah kau repot-repot begini aku bisa ambil sendiri." Imay menyambut gelas jus dari Edison, "terima kasih."
"Tidak repot aku senang melakukannya untukmu, seperti dulu." Imay tersentak dengan kata-kata Edison. Pelan-pelan pembicaraan Imay dan Edison menguak misteri di masa lalu mereka.
Imay berusaha menutupi gejolak yang merayapi perasaannya. Bagaimanapun Imay tidak ingin membuat kesalahan dalam bersikap.
"Imay, kau ingat dulu aku selalu membawakan jus untukmu, kalau jam istirahat sekolah?"
"Hehe, iya aku ingat."
"Kau ingat kita sering berebut ingin lebih didahulukan dilayani oleh bude penjaga kantin sekolah?"
"Hehe, iya aku ingat, kau mengambil giliranku dan memakan bakso yang aku pesan!"
"Ya kau marah dan mencubit lenganku!"
"Kau membalas dengan mencubitku juga."
"Aku tahu kau berpura-pura sakit waktu aku cubit!"
"Ya aku kesal karena kau tidak mau kalah!"
"Aku tahu engkau kesal dan meninggalkanku, terus aku mengejarmu, kau diam tidak mau bicara ..."
Keduanya terdiam, lalu hening. Imay dan Edison mematung dan hanya mereka berdua yang tahu apa yang ada dalam pikiran keduanya saat itu.
"Imay ..."
"Son ..."
Suara mereka hampir bersamaan. "Tidak kau saja yang melanjutkan." Edison mempersilahka Imay untuk melanjutkan kata-katanya.
"Kau sajalah son." Jawab Imay tersipu.
"Imay, cubitanmu masih terasa sampai sekarang. Denyutnya tidak bisa aku lupakan." Edison tiba-tiba berbisik ditelinga Imay.
Imay sampai tergagap. Sungguh ia tidak menduga Edison akan melakukan itu. Edison menatap Imay yang sedikit gemetar, rasa dingin merayapi tubuhnya, wajah Imay memerah.
"Ah! Kau terlalu berlebihan Son. Itu tidak mungkinlah!" Imay berusaha mengusai perasaannya.
"Sebenarnya kesalahanku mengapa tak kuungkapkan perasaanku waktu itu Imay. Kau tahu aku mencintaimu, tapi aku takut untuk mengatakannya."
"Hey Son kau ngigo ya?"
"Ya sekarang tinggal penyesalanku, andai kuungkapkan sekarang sudah tak ada gunanya lagi."
Imay hanya terdiam. Meski gemuruh kata-kata berhamburan dalam benaknya tentang perasaan yang sama mana mungkin Imay mengatakannya.
"Ya, meski ada penyesalan dihati ... Aku pasrah menjalani hidup mengalir sendiri tanpa memaksa arah mana yang ia tuju ...."
Edison terdiam sedangkan Imay tertunduk diam bergeming dari posisinya. Hiruk pikuk musik dan lagu sudah tak lagi mampu mengusik alam pikirnya. Imay yang biasanya tak pernah melewatkan dengan menyanyikan lagu kesayangannya meski hanya satu lagu, sudah tak mampu untuk mengeluarkan suaranya, Imay memilih diam seribu bahasa.
"Andai saja sejarah boleh berulang, tapi sudah tak mungkin. Sejarah akan tenggelam sendiri setelah orang-orang mengenangnya lalu pergi bagai embun yang di tepis rona matahari di pagi hari."
Catatan hati :
"Andai saja sejarah boleh berulang, akan terjadi banyak penundaan."
"Tak ada pilihan yang tanpa resiko, namun Yang Maha Kuasa memberi yang terbaik dan yang terindah untuk kita jalani."
Cerita, novel , fiksi memang asyik untuk di simak, apalagi fiksi tentang sejarah waktu masih sekolah, yang mana sejarah itu sulit untuk dilupakan, senang rasa terbayang saat sejarah itu kembali di kenang
BalasHapuscerita fiksi yang paling menarik diambil dari kisah atau kehidupan orang terdekat atau penggabungan pengalaman pribadi, meski kadang kerepotan untuk mengeksekusi bagian akhir dari suatu cerita
Hapusmaksdnya menentukan kearah mana atau apa yang bisa diambil dari suatu cerita .. ini sih saya sebagai penulis yang tidak mahir hehe
Andai saja penyesalan itu datangnya lebih dulu, mungkin nggak akan ada penyesalan di belakang hari. Ya iyalah.. hehe..
BalasHapusTapi lagi2 kita ini kan cuma manusia biasa, mana bisa merubah takdir. Jadi mau kita pacaran seribu tahun pun dengan seseorang.. kalau takdir kita tidak dengannya maka sia2lah perjuangan seribu tahun itu.
Tapi jangan pula menyalahkan Pembuat takdir, karena Yang Maha Kuasa lebih tau apa yang terbaik untuk kita.
NB : mungkin akan lebih baik jika bisa menghindari acara seperti reuni2an, kalau terpaksa harus datang sebaiknya di dampingi oleh pasangan. Dengan demikian hal2 yang seperti di atas tidak akan terjadi..
NB lagi : Trims sudah berkunjung ke blog saya, dan sesuai etika per-Blogging-an inilah kunbalnya, hehe..
Selamat siang..
ya kita memang tidak pernah tahu apa yang akan ditemui pada akhir suatu perjalanan sebelum sampai pada ujung jalan yang kita tuju
Hapusmenyesali taqdir tentu itu adalah hal yang harus di hindari, kita hanya sebatas ikhtiar dan menjalani
Menghindari hal-hal yang bisa menimbulkan fitnah itu sangat sesuai dengan ajaran yang dianut, mungkin untuk tujuan silaturahmi betul sebaiknya ada pendamping
mengenai etika kunjungan balasan saya hanya belajar dari pendahulu saja, tapi akan lebih baik bila dilakukan dengan penuh keikhlasan hehe