Senin, 24 April 2017

Burung Bangau yang Terluka

19 comments

Seperti biasa pagi ini Arya berangkat ke telaga yang menjadi tempat pavoritnya memancing ikan. Biasanya Arya akan menghabiskan waktunya seharian di tepi telaga dengan memancing ikan yang akan ia jual di pekan untuk menopang hidupnya.

Arya hidup sebatang kara tanpa sanak family dan orang tua sejak kecil. Menurut cerita turun temurun keluarga Arya sudah tiada sejak musibah gunung merapi meletus di masa yang telah lampau.

Dengan berbekal nasi yang dibungkus daun pisang dan sepotong ikan yang dibakar sengaja ia sisakan untuk bekal hari ini sebelum di jualnya di pekan kemarin, tak lupa Arya membawa kail dan umpan untuk memancing ikan, Arya menuju telaga dengan sangat gembira dan harapan hari ini mendapat tangkapan ikan yang banyak.

Sambil melompat-lompat dan bersenandung kecil Arya melintasi pematang sawah dan kebun palawija milik penduduk kampung tempat ia tinggal. Pagi yang dingin dan berembun tidak menyurutkan semangat Arya.

"Dudududu .... Duu .... Duuu." Senandung Arya sambil terus melangkahkan kakinya.

Sesekali tangan kirinya menarik kain sarung yang melingkar di bahunya. Arya juga menyapa orang-orang yang sempat berpapasan dengannya. Arya di kenal pemuda yang ramah di kampungnya, walau ada yang mencibir tidak suka padanya karena Arya hanyalah pemuda miskin yang tidak bersekolah dan tidak punya apa-apa, tapi Arya tidak pernah berkecil hati semua itu dia terima dengan lapang dada.

"Selamat pagi Pak, pagi sekali sudah di kebun?"

"Oh kau Arya, kebetulan engkau lewat sini, bisa kau tolong aku Arya?"

"Tentu, apa yang bisa aku bantu?"

"Aku kesulitan menebang pohon pisang itu, tolong kau tebangkan untukku."

"Oh, ia tentu pak." Sambil menenteng golok Arya segera menuju pohon pisang yang letaknya di tanah miring menyebabkan pak Sastro kesulitan menebangnya.

Arya juga sangat suka menolong, bila ada yang membutuhkan bantuan darinya maka dengan senang hati Arya akan memberikan bantuannya.

Sampailah Arya di tepi telaga. Arya menyiapkan kailnya dan mulai menaruh mata kailnya di telaga setelah terlebih dahulu memasang umpan pada mata kailnya.

Matahari telah condong ke arah barat tapi tak satu pun ikan yang di dapat. Arya mulai gelisah, kalau hari ini tak dapat ikan maka tak ada yang bisa ia jual besok untuk membeli kebutuhannya.

"Ikan, ikan, ikan ..., makanlah umpanku." Desis Arya pelan.

"Ikan, ikan, ikan ..., makanlah umpanku." Kembali Arya mengucapkan dengan pelan.

"Aduh! Kakiku ...!" Tiba-tiba saja ada suara.

Arya memutar pandangannya mencari dari mana arah suara itu datang. Pandangannya berhenti pada pohon besar dan rindang tidak jauh dari telaga. Perlahan Arya mendekati pohon itu.

"Aduh! Kakiku ...!" Kembali terdengar suara rintihan.

Arya kian penasaran, mengendap-endap Arya mendekati pohon besar itu. Dengan berdebar-debar Arya terus mendekat. Tak sengaja kaki Arya menginjak ranting kering.

"Krek ...!" Langkah Arya sontak terhenti.

"Bisakah engkau membantuku?"

"Kau seekor burung bangau?" Arya sangat heran.

"Iya, aku butuh bantuanmu."

"Kau bisa bicara?" Arya sangat tidak percaya.

"Iya aku seekor burung bangau, kakiku patah bisakah kau membantuku?"

"Bagaimana aku bisa membantumu? Aku tidak tahu obat-obatan."

"Kau pasti bisa membantuku, bawalah aku pulang kerumahmu."

"Iya, tapi bagaimana caranya? Orang kampung akan menuduhku telah melukaimu."

"Hari sudah gelap, gendonglah aku dengan sarungmu orang kampung tidak akan ada yang melihatmu membawaku."

"Tapi ..."

"Bila kau mau membantuku aku mau jadi isterimu."

"Apa? Kau seekor burung bangau? Kau bergurau?"

"Ayolah bantulah aku, kakiku sangat sakit."

Arya sangat iba pada seekor burung bangau yang terluka di depannya. Ada air mata yang menetes dari ekor mata bangau menahan kesakitannya. Perlahan Arya mengangkat burung bangau itu dan meletakkannya dalam gendongannya dan menyelimuti burung bangau dengan sarungnya.

Arya segera pulang membawa seeokor burung bangau yang terluka. Sampai di rumah Arya meletakkan burung bangau dengan perlahan Arya khawatir burung bangau itu bertambah sakit.

"Dengan apa aku mengobati kakimu?"

"Kau beri saja getah pisang pada kakiku ini."

"Baiklah." Malam itu juga Arya mengambil getah pisang dan mulai mengobati kaki burung bangau.

Setelah beberapa hari seekor burung bangau yang terluka itu pun pulih kembali. Kakinya sudah bisa digerakkan kembali dan sudah bisa berjalan seperti biasa. Arya tetap beraktifitas seperti biasa. Mencari ikan di telaga tempat ia bertemu dengan seekor burung bangau yang terluka pada kakinya.

Setiap Arya pulang ke rumah. Arya selalu heran. Rumah bersih dan rapih. Makanan pun sudah tersaji siap santap.

"Engkaukah yang mengerjakan semua ini?" Tanya Arya.

"Apakah engkau masih mau membantuku? Jadikan aku isterimu."

"Kau seekor burung bangau bagaimana mungkin?"

"Hanya kau yang bisa membantuku."

Arya tidak mau menuruti keinginan burung bangau.

"Kalau kau tak mau tidak apa, tapi izinkan aku membalas budi padamu."

"Sudahlah tak usah kau pikirkan itu."

"Aku akan menenun kain untukmu, kain itu bisa kau jual di pekan, uangnya bisa kau gunakan untuk keperluan hidupmu."

"Ah sudahlah, kau tidak berhutang budi padaku, aku ikhlas melakukannya yang penting kakimu sudah pulih aku juga ikut senang."

"Aku tetap akan menenun kain untukmu, tapi syaratnya kau tidak boleh melihatku saat aku sedang menenun kain."

"Ah, sudahlah! Gurauan apa pula itu."

"Aku mohon."

"Baiklah, aku tidak akan melihatmu saat engkau sedang menenun kain."

"Kau pegang teguh janjimu."

"Iya, aku berjanji, aku bersungguh-sungguh."

Ketika Arya pergi ke telaga untuk memancing ikan, sang burung bangau berubah rupa menjadi seorang putri yang cantik jelita dan mulai menenun kain.

Setiap Arya pulang ke rumah, makanan siap santap dan kain hasil tenunanpun selesai. Putri yang cantik jelita itu pun berubah kembali menjadi burung bangau.

"Besok kau jualah kain-kain ini di pekan." Kata burung bangau.

Arya sangat senang bercampur keheranan. "Dari mana kain-kain ini?" Tanya Arya.

"Tidak perlu kau tahu?"

Waktu terus berlalu. Arya tidak lagi memancing ikan di tepi telaga. Sekarang Arya sudah menjadi kaya raya. Burung bangau terus menenun kain dengan syarat Arya tidak boleh melihat saat ia sedang bekerja menenun kain. Saat Arya sedang di pekan menjual kain, burung bangau berubah menjadi putri yang cantik jelita, ia memasak, mengurus rumah dan menenun kain.

Pagi itu Arya pergi dari rumah membawa kain, tapi tidak ke pekan melainkan menyuruh orang lain yang menjualnya. Arya malah bersantai di kedai kopi, bermalas-malasan. Hari ini Arya akan melihat siapa sebenarnya seekor burung bangau yang ada di rumahnya.

Dengan mengendap-endap Arya mengintip ke dalam rumahnya. Putri yang sedang menenun kain di dalam rumah selalu gagal menenun. Akhirnya tak selembar kainpun yang ia peroleh hari ini. Burung bangau menangis. Dia sedih karena sudah di khianati oleh Arya. Arya melanggar syarat dari burung bangau untuk tidak melihatnya saat dia sedang menenun kain. Ya Arya telah melanggar janjinya pada putri burung bangau.

Saat burung bangau sedang sedih, Arya muncul dihadapannya.

"Kau sudah melanggar syarat dariku dan tidak menepati janjimu, maka mulai hari ini selesai sudah pengabdianku padamu."

"Maafkan aku."

"Aku akan pergi ke negeri asal ku, maafkan aku."

"Jangan pergi, aku tahu sekarang engkau seorang putri, ya kau putri burung bangau, aku ingin agar kau mau menjadi isteriku."

"Tidak bisa, kutukan untukku berakhir sudah, saatnya aku harus pergi, selamat tinggal Arya, terima kasih atas bantuanmu."

Arya berurai air mata, tapi sudah tidak bisa menahan kepergian burung bangau untuk kembali ke negerinya.

T A M A T

Hikmah :

Menolonglah tanpa pamrih, sekecil apapun bantuan tetap akan bernilai dan ada balasannya.

Jangan terlalu ingin tahu sesuatu yang disembunyikan orang lain, andai mengetahui pun belum tentu ada untungnya bisa-bisa malah menderita kerugian.

Pegang teguh janji, jangan sekali-kali ingkar janji dalam situasi apapun. Bila tak sanggup maka jangan sekali-kali untuk berjanji.

Terima Kasih, Mohon Maaf Lahir dan Batin

If You Enjoyed This, Take 5 Seconds To Share It

19 komentar:

  1. Cerita yang bagus kaka.. Banyak hikmahnya juga ya..
    Tapi gk salah juga sih kalau Arya tidak mau menikahi si burung bangau, sebab sa'at si bangau minta di peristri oleh Arya dia masih dalam keada'an se'ekor burung. Coba kalau si bangau jujur bahwa dia akan berubah menjadi manusia jika Arya mau menikahinya, pasti Arya mau.

    Ya begitulah kaka.. Dalam hidup ini kadang kita bisanya menyalahkan Arya saja, ups ma'af.. maksud saya 'orang lain'. Andai si bangau jujur.. pasti si Arya gk akan kepo dan sampe ngintip segala kaka..
    Kemudian..

    Kemudiannya nanti aja ya kaka? Udah mau magrib nih, hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, ya begitulah cerita dongeng pemerannya biasa diambil dari burung, sapi, kancil
      Sifat manusia salah satunya ya begitu selalu ingin tahu, semakin ditutupi maka semakin mengundang rasa penasaran
      terima kasih
      lagian maghrib kok online 😀

      Hapus
    2. Iya sifat manusia memang gt ya kaka, apalagi sesuatu yang berhubungan dengan dia, makin pengen tau jadinya. Tapi.. Untuk apa juga coba di tutup2i kalau pada akhirnya ketauan juga? Mending dari awal aja, jadi gk perlu sampe begini. 'Begitu' maksudku ding, haha..
      Ya abis mau gimana lagi kaka.. aku tuh kalau lagi inget suka gk perduli waktu, yang penting kan cma di dumay, dunia maya..

      ih kaka enak ya, asik banget punya dunia sendiri, hehe..
      Ok deh met malem kaka.. sori ngrepotin.

      Hapus
    3. Kalau ternyata putri bangau yang hadir di dunia maya memang bikin repot, tapi kembali lagi ini cuma cerita
      sukur deh bisa punya dunia sendiri, loh nggk mungkin kali
      bagaimanapun hebatnya dunia tetaplah fana tempat para pengembara mengumpulkan bekal untuk kehidupan yang selanjutnya
      ya udah terima kasih lagi maaf nggk ada suguhan istimewa cuma cerita yang tak bermutu 😀

      Hapus
  2. akhirnya si aria tak kuat juga menawan rasa keingintahuannya. siapa sebenarnya seekor bangau yang bisa menenun dan memasak itu. Andai dia kuat kan ngak jadi miskin lagi. dan semakin jadi orang kaya raya. Namun dia menjadi orang kaya si aria malah malas malasan. Mungkin juga tuhan ngak mau kali ya lihat aria lupa dirinya. sehingga hatinya dibuat resah dan berakhir sudah sandiwara si bangau. ya bagau juga sandiwara hehehe.

    sumpah aku menikmati ceritanya, Jadi teringat kisahnya si bidadari yang mandi di sungai lalu slendangnya di curi pemuda itu hmmm.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sifat manusia itu komplit ya, rasa ingin tahu, malas, pamrih, suka mengungkit dan masih banyak lagi

      Kisah bidadari yang mandi di sungai, iya aku juga pernah baca
      Kisah-kisah, dongeng yang mulai banyak dilupakan banyak orang

      Hapus
  3. Cerita yang menarik dan inspiratif. Begitulah manusia. Selalu menginginkan yang terbaik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ingin yang terbaik tapi tidak mau ikhtiar hehe salah satunya sifat manusia

      Hapus
  4. Seperti Hikmat dari kisah ini menolong tanpa pamrih dan tak mengharap balasan merupakan amal yg mulia..neng...

    BalasHapus
    Balasan
    1. dalam Cerita dongeng biasanya memang diisi dengan hikmah-hikmah begitu pak

      Hapus
  5. Sungguh terharu saya membaca dongeng ini., andai saja cerita dongen ini kisah nyata., mungkin yang di bilang saudara @Emde Ndotkom ada benarnya juga, kenapa enggak ngomong terbuka dulu dari awal.., untung ini cuma dongeng, tapi kalau di ceritain kepada anak sebelum tidur, pasti si anak antusias mendengarnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kenapa tidak terbuka dari awal? yaitu menolong yang tulus

      Hapus
  6. Hikmahnya banyak, keren. Coba aja si Arya mancing lagi kali aja dapat duyung jelmaan putri cantik lagi, kan lumayan, ato gak patahin aja lagi kaki putri bangau itu, hahaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini sih sadis, berarti sudah ada niat yang lain hehe

      Hapus
  7. Meski ini cuma sebuah dongeng anak., tapi banyak hikmah yang dapat di ambil dari cerita ini.

    oh iya., sepertinya aku pernah baca cerita yang hampir mirip cerita ini., kalau di sini si burung bangau yang jadi tokohnya., sedangkan yang pernah aku baca tokohnya kelinci kalau tidak salah, dulu waktu masih sekolah suka sih baca2 buku di perpus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seperti biasa dongeng lebih ditujukan pada anak-anak karena itu biasanya tokohnya juga diambil dari hewan hehe

      Kalau aku bukan dari baca cerita, melainkan ini dulu pernah diceritakan oleh nenekku, aku mencoba mengingatnya mungkin saja ada kemiripan

      Hapus
  8. Memang ya Mbak, aku kadang juga pingin tahu leih dalam tentang orang lain. Yang tentu saja bukan urusanku. AH, makasih telah diingatkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. loh nggk gitu aku justeru sedang mengingatkan diriku sendiri
      sambil mengingat masa kecil dengan nenekku hehe

      Hapus
  9. Pastilah Arya penasaran yaa gimana cara bangau bersihin rumahnya, menenun kain. Makanya diam2 cari tau.

    BalasHapus

Terima kasih untuk kehadirannya di blog Maya salam hangat dan persahabatan selalu