Sejurus tatap pada potret hitam putih Ada tanya yang mengetuk bingkai bisu Mengapa kau tak menyemai senyum? Tatapmu kosong pada celoteh sang kumbang Tak hirau cumbu yang kerap menyambangi kuntum bunga yang mulai mekar Bahkan berpaling mencari sesuatu yang misteri
Kembali tanya mengetuk bingkai bisu Apakah hatimu begitu teguh? Hingga benteng rasa menutup rapat setiap goda yang mendekat Sekilas tatap sekedar merespon tanya Tak ada jawab yang bisa di dengar Kau begitu angkuh melipat setiap rona yang membelai
Sapa misteri di balik kabut Menggugah rasa yang telah lama tertidur Kau sambut dengan seulas senyum Lalu kembali bersembunyi di balik bingkai dan membisu Sampai kapan kau bertahan? Kau menipu rasamu Sungguh kasihan malangnya nasibmu Cerca mulai datang menghunjam perih Agar kau kembali menyulam asa
Kembali hadir dengan tanya yang sama Aneh! Kau tak lagi diam membisu Senyummu indah memukau tatap Kau ikuti tarian sang bayu Kau bermain dengan binar yang menggelora Hingga lelah datang mengusik Dan, kau kembali bersembunyi Kau simpan senyummu yang indah Kau lipat kembali setiap tarian jiwa yang ada Kau biarkan semua berlalu Tatapmu kembali kosong Kembali tanya mengetuk bingkai bisu Mengapa kau begitu?
Pagi ini kupadangi potret di masa lalu Tatap matanya berbinar indah tiada sendu Tak ada kepiluan disorotan mata itu Tampak kepolosan seorang bocah yang lugu Bersahaja mengerjap teratur bagai dentingan mengiringi lagu Engkau begitu manja duhai ratu
Pagi terus merambat siang Kembali kutatap potret di masa lalu yang terpajang Engkau begitu riang Senyummu mengembang Langkahmu yang begitu ringan bagai burung terbang melayang Renyah suaramu menjadi candu untuk dikenang Tak henti bersenandung dengan riang Ibu menanti engkau pulang Nasi hangat telah terhidang
Waktu terus melaju perlahan Seiring dengan dendang dedaunan yang berayun Engkau tumbuh menjadi sosok yang gemar berteman Dalam senda kerap datang canda cumbuan Kadang cerca singgah sesaat dalam pendengaran Semua kau terima dengan senyuman Hatimu tak sedikit menyimpan kekesalan
Saat ku tatap potret di masa lalu di senja yang cantik Engkau bagai tersenyum unik Ternyata hatimu mulai terusik Ada rahasia yang kau simpan dengan baik Biar ku tebak senyummu yang penuh intriks
Hahaha.... aku tertawa bahagia saat tebakanku kau jawab dengan anggukan Siapa gerangan yang telah menyanyikan lagu dambaan Kau tersipu saat aku tanyakan Kukatakan kau terlalu cepat mengiyakan Lihat! Kau masih belum bisa mengambil keputusan Kau labil sayang ! Jangan! Jangan! Jangan!
Dalam keheningan malam kembali ku tatap potret di masa lalu Wajah lugu Sorot matamu tajam Engkau terluka gadisku Engkau merana sayangku Tidak! Engkau kini tahu Begitu banyak yang menyayangimu Begitu banyak yang perduli padamu Sini kembali kepelukan ibu Jangan jauh-jauh melangkah ratu ibu Sebelum cukup usiamu Karena ayah ibu selalu ada untukmu Masa depanmu cerah Hidup ini indah Bahagialah sayangku
Sahabat jelmayatiasa pernahkan kau temukan potret di masa lalu? Wajah lugu, lucu ya... Sudah lama aku temukan potret di masa lalu. Aku pandangi dengan seksama dan munculah imajenasi yang menggoda untuk menuliskan sesuatu yang aku rasakan.
Setiap kali aku menatap potret yang sama, tapi dengan perasaan yang berbeda. Kemudian aku menuliskan sesuai dengan perasaan yang aku rasakan sambil menatap lekat-lekat pada potret itu. Dari masa ke masa dengan cerita yang berbeda. Semuanya di tulis sesuai dengan perasaan saat kumenatap potret di masa lalu yang berbingkai indah ada tanya dan cerita di balik bingkai yang bisu. Ada masa yang indah masa tanpa beban.
Dari masa ke masa sesuai perjalanan imajenasi liar, masa labil. Tapi, dengan orang tua yang selalu hadir untukku baik dalam suka dan duka selalu memberi kehangatan cinta yang tulus maka gadis kecil itu tak perlu berlama-lama dalam kesedihan.
Silahkan sekedar untuk di baca memang tak indah kawan karena jejak maya bukanlah pujangga apalagi penyair, jejak maya hanyalah kumpulan aksara tercecer yang dirangkum seadanya biarlah setiap kata menjadi koleksi untuk kembali di baca bahwa jejak maya pernah ada.
Salam hangat untukmu selalu pembaca yang sempat singgah di blog jelmayatiasa.blogspot.co.id. Terima kasih.
Puisi : Tanya Mengetuk Bingkai Bisu, Potret di Masa Lalu.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih untuk kehadirannya di blog Maya salam hangat dan persahabatan selalu