Sabtu, 29 Oktober 2016

Gita Cinta yang Tersimpan Bag. 2

3 comments



Gita Cinta yang Tersimpan bag. 2

Bel pulang sekolah berbunyi. Joe segera keluar kelas dan menaiki anak tangga lantai tiga, ia sudah tidak sabar ingin menemui Ima. Joe berdiri menunggu Ima di depan pintu kelas Ima. Mata Joe menyapa seluruh ruang kelas dan berhenti pada sosok gadis bermata sipit. Bibirnya yang tipis selalu mengukir senyum. Pada sakunya menyembul sapu tangan berwarna pink. Pada tubuhnya yang ramping dililit sabuk berwarna pink pada pinggangnya. Rambutnya hitam dengan potongan model bob membuat wajah Ima terbingkai indah. 

"Hai! Kau melamun ya?" Tiba-tiba saja Ima sudah berdiri di hadapan Joe sambil tersenyum.

"Eh! Aduh! Aku kok bengong gini ya, hehe ...." Suara Joe tergagap baru menyadari kalau Ima sudah ada tepat di hadapannya.

"Ima, kau pulang bersama Joe?" Tanya seorang sahabat Ima. Sambil melempar senyuman ramah pada Joe. Rata-rata teman Ima menduga kalau mereka adalah sepasang kekasih, karena melihat kedekatan mereka. Tapi selalu disangkal oleh Ima. Karena Ima merasa Joe tidak pernah mengatakannya dengan jelas.

"Iya, aku bareng Joe, San sampai besok ya ...." Jawab Ima sambil memperbaiki letak tas yang menggantung di bahunya.

"Ok, aku duluan ya, daaagh ...." Santi sahabat Ima membalas kata-kata Ima, sambil berlalu meninggalkan Ima dan Joe.

"Ayo, kita berangkat, kau sudah siapkan?" Ajak Joe.

Ima menganggukan kepalanya tanda setuju. Mereka menuruni anak tangga. Tiba-tiba tangan Joe menggandeng tangan Ima. Ima merasa aneh dengan perasaannya, ada debaran yang sangat sulit di jelaskan dengan kata-kata. Ima sangat menikmati dan menyukai moment ini. "Apakah ini yang dinamakan cinta." Sekilas batin Ima bicara, namun segera ditepisnya perasaan itu. Ima tak ingin membunuh persahatan yang indah karena salah dengan perasaannya.

Mereka langsung menuju halaman parkir. Motor Joe diparkir didekat pintu gerbang. Pak satpam masih berada di postnya. Joe memberikan pada pak satpam kartu parkir khusus siswa SMA Yayasan Utama yang memang diberikan pada setiap siswa yang sekolah di SMA itu, bagi yang memiliki kendaraan dan memarkir kendaraannya di halaman parkir sekolah.

"Yuk, naik." Joe mempersilahkan Ima menaiki motornya. Mereka meluncur meninggalkan lokasi sekolahan.

"Joe, kau belum bilang, kita mau kemana?" Tanya Ima penasaran.

"Nanti kau lihat sendiri, aku yakin kau pasti suka." Kata Joe sangat yakin.

Kira-kira tiga puluh menit Joe dan Ima sampai ditempat yang Joe maksudkan. Ya, memang sangat indah ini taman bermain meski letaknya ditengah kota, tapi asri dan sejuk dengan pepohonan yang rindang. Meski Ima pernah mendengar keberadaan taman bermain ini tapi baru kali ini Ima datang ke sini. 

Ada banyak jenis bunga disini. Nampak bunga mawar putih mulai mekar dan ada beberapa kuntum yang hampir mekar. Rumputnya hijau bagai hamparan permadani. Juga pohon-pohon rindang tertata sangat asri. Kursi taman ada dibeberapa tempat. Juga dipasang ayunan dari besi yang selalu terawat dengan baik.

Joe dan Ima duduk di kursi yang menghadap ke kolam, airnya jenih ada air mancur buatan, ada beberapa bunga teratai yang berwarna putih dan sudah mekar dikolam itu, sangat nyaman memandangnya dengan suara gemericik air mancur yang terdengar. Kalau saja Ima dan Joe mempunyai keberanian untuk mengungkapkan dengan jelas gita cinta yang tersimpan di lubuk hati mereka, mungkin senandungnya akan terdengar dengan indah.

"Iya Joe, ini indah aku suka tempat ini." Ima tersenyum puas.

Sementara Joe tersenyum lesu. Joe sangat sedih. Ini hari terakhirnya bersama Ima. Joe menatap Ima seakan tak ingin mengedipkan matanya apa lagi mengalihkan pandangannya dari Ima.

"Tapi kau sudah tahukan keberadaan taman ini?"

"Ia, aku sudah tahu Joe, tapi baru kali ini aku kesini."

"Aku senang bisa mengajakmu kesini Ima."

Sementara perasaan Ima benar-benar aneh. Debaran di dadanya sungguh tak bisa dipahaminya. Ima tak ingin berandai-andai dia sangat takut kecewa. "Hubungan persahabatan yang bagaimana ini? Mengapa aku merasakan tatapan yang berbeda di mata itu?" Pikir Ima.

"Ima, maafin aku ya, aku nggak bisa selalu ada di dekatmu." Kata Joe sambil memegang tangan Ima.

"Joe, kau kenapa?" Ima sangat gusar, Ima tidak dapat memahami kata-kata Joe.

"Suatu saat nanti aku akan pergi, berjanjilah kau akan tetap tersenyum untukku." Kata Joe.

"Joe, jangan bilang gitu dong, aku bisa bahagia dan tersenyum kalau ada kau Joe. Joe kau sahabatku, jangan bilang gitu, itu membuatku sedih." Ima meneteskan air matanya. Entah apa yang dirasakannya Ima tidak kuasa menahan air matanya.

"Jangan nangis Ima, kalau kau nangis aku jadi tambah sedih, senyum dong." Joe mengusap pelan air mata Ima. Joe sebenarnya sangat sedih dan matanya menahan airmata di kelopak mata yang memerah itu.

"Ima tetaplah tersenyum untukku ya, jangan sedih dan jangan meneteskan air mata kesedihan lagi." Kata Joe sambil menggenggam erat tangan Ima.

Ima mengangguk pelan, walau Ima merasa heran dan bingung dengan semua kata-kata yang diucapkan Joe. Ima merasa ada yang disembunyikan sahabatnya ini. Tapi Ima kembali memilih untuk tidak menanyakan masalah apa yang sedang dihadapi Joe.

"Sudah sore, kita cari makanan dulu yuk." Ajak Joe.

"Tidak usah, aku belum lapar tadi sempat makan di kantin sekolah waktu jam istirahat. Tapi , kalau kau mau makan aku temani." Kata Ima.

"Tidak aku juga belum lapar, aku mengkhawatirkanmu." Joe mengeluarkan coklat dari tasnya.

"Kalau ini kau mau?" Joe memberikan coklat itu pada Ima.

"Ya, aku mau Joe." Ima menerima coklat pemberian Joe, dan langsung membukanya.

"Ayo buka mulut mu." Ima menyodorkan potongan coklat kemulut Joe dengan suara manja.

"Aa..." Mulut Joe membuka dan potongan coklat masuk ke dalam mulut Joe. Joe ingin melakukan hal yang sama pada Ima, tangannya meraih coklat dari tangan Ima memotongnya.

"Sekarang kau yang membuka mulutmu ...." Kata Joe sambil menyodorkan potongan coklatnya. Mereka bercanda dan tertawa bahagia.

"Joe, tempat ini indah, kita bisa sering-sering untuk datang kesini, kau bersedia Joe?"

"Tentu saja Ima, sebelumnya aku sering datang kesini, ada hari-hari tertentu yang tidak terlalu ramai disini, aku sering menggunakan tempat ini untuk membaca buku-buku kesayanganku."

"Oh ya, kau bisa ajak aku Joe."

"Kalau kau mau, tentu aku akan ajak kau untuk kesini lagi kapan-kapan, yah .... E, kalau aku masih disini."

"Kau akan pergi Joe?"

"Tidak Ima, aku selalu ingin disini bersamamu."

"Kau janji Joe, tidak akan memutuskan persahabatan kita."

"Ia Ima, aku janji .... Kita akan tetap bersama, kau percayakan?"

"Iya Joe aku percaya." Ima dan Joe menautkan jari telunjuk dan ibu jari mereka hingga membentuk pola love. Senyum akrab tergambar dibibir pemuda dan pemudi ini.

Hari semakin sore, taman bermain mulai ramai oleh pengunjung yang ingin menikmati istirahatnya di taman itu. 

"Joe, sudah sore ..."

"Ia Ima, pasti ada hari lain untuk kita datang lagi ke taman ini."

"Ia Joe, aku ingin datang lagi kesini bersamamu Joe."

"Ayo kita pulang, hari makin senja, sebentar lagi akan gelap."

Sementara Ima dan Joe beranjak untuk pulang, lampu di taman itu mulai menyala dengan warna-warni yang sangat kontras dan indah. 
Suara burung bondol bergerombol hinggap di pohon-pohon yang tumbuh rimbun di taman itu. Gita cinta yang tersimpan dan terukir indah masih tetap terbungkus di hati Ima dan Joe, tanpa senandung dan tanpa suara, hanya Ima dan Joe yang tahu lirik dari gita cinta itu.

Bersambung ....
If You Enjoyed This, Take 5 Seconds To Share It

3 komentar:

  1. pas baca cerita ini, aku langsung terbawa kedunianya dan serasa menjadi peran utama..
    ditunggu kelanjutannya :)

    BalasHapus
  2. Hikz... Jadi inget pengalaman pribadi.
    Bedanya cuma waktu itu aku udah nggak sekolah. Tapi udah kerja.
    Bersahabat selama dua tahun, dan saling memendam rasa cinta tapi nggak berani ngungkapin. Haha

    BalasHapus
  3. Hikz... Jadi inget pengalaman pribadi.
    Bedanya cuma waktu itu aku udah nggak sekolah. Tapi udah kerja.
    Bersahabat selama dua tahun, dan saling memendam rasa cinta tapi nggak berani ngungkapin. Haha

    BalasHapus

Terima kasih untuk kehadirannya di blog Maya salam hangat dan persahabatan selalu