Kamis, 20 Oktober 2016

Lelaki yang Aneh Itu

3 comments
Lelaki itu sangat aneh. Lelaki Yang Aneh Itu.


"May, aku jadi liburan di tempat mu."

"Nah! Gitu dong, jangan cuma planing aja."

"Maaf May, liburan tahun lalu betul nggak bisa, bersamaan dengan kehadiran sepupuku, yang liburan di tempatku, jadi aku liburan di rumah menemani sepupuku."

"Haha ...., nggak apa-apa Nur, kok jadi panjang kali lebar penjelasanmu, sensi banget deh!"

"Ih, giliran dikasih penjelasan, malah menuduh, May .... May."

"Biasa aja kali, udahlah kau kapan menuju Lampung?"

"Besok May, aku naik kereta malam dari Palembang, Insyaallah besok pagi aku udah sampai di stasiun Tanjung Karang."

"Ok, aku tunggu ya, nanti aku jemput di stasiun."

"Sip..! Tapi aku masih ingat kok alamat rumahmu, ngga bakal nyasar. Aku akan datang."

"Rumahku udah pindah. Udah tenang ajalah nanti aku jemput."

Percakapan Maya dengan Nur lewat ponsel. Nur adalah teman Maya sejak di SMP. Nur sekarang tinggal di Palembang bersama orang tuanya. Dan bersekolah di SMA Negeri di Palembang.

***

Pagi waktu menunjukkan pukul 7.00 WIB Maya baru selesai mandi. Setelah sempat kesal karena tiba-tiba saja saluran air macet tanpa sebab, akhirnya membuat Maya mandi kesiangan.
Ponsel Maya berdering. Maya yakin itu dari Nur sahabatnya yang akan berlibur ke tempatnya.

"Iya Nur, udah sampai ya?"

"Bentar lagi May, biasa nih kereta telat, paling lima belas menit lagi aku sampai stasiun, jangan lupa dong ... Jemput ya."

"Ya ...., ya, aku kan udah bilang, aku segera ke stasiun nih."

"Sip deh, kalau gitu, aku tenang."

"Weh, gayamu Nur, kayak nggak pernah tinggal di Lampung aja."

"Bukan gitu May, aku bau nih pengen mandi."

"Ampun deh! Sampe dulu neng, baru mikirin mandi."

"Haha ....  udah ah jemput ya, nggak pake telat!"

"Servis memuaskan bos ...., haha."

***

Sampai di stasiun kereta yang membawa Nur. Nur ternyata lebih dulu sampai dari Maya. Akhirnya Nur terpaksa harus menunggu di ruang tunggu.
Tidak terlalu lama Nur menunggu May datang bersama sopirnya.

"Sory Nur jalanan macet, aku telat dikit nih."

"Hem, Maya emang gitu, biar semenit harus telat."

"Aku udah minta maaf kok." Maya memeluk sahabatnya ini. Tawa dan canda mereka mendominasi ruang tunggu di stasiun kereta api itu.

"Mang To, tolong bawa tas pakaian Nur ya."

Maya dan Nur berjalan sambil bergandengan. Mereka terus saling menggoda dan bercanda. Lama tidak berjumpa membuat kedua sahabat ini tidak kehabisan kata-kata.
Honda City merah membawa mereka dan langsung menuju ke kediaman Maya. Dalam perjalanan yang memakan waktu kurang lebih dua puluh menit tidak dilewatkan begitu saja. Cerita masa lalu mereka yang lucu dan sangat menarik menjadi topik bahasan mereka berdua. Mang To sopir Maya pun ikut tertawa mendengar percakapan mereka ini.

***

Sampai di rumah Maya. Nur merasa heran rumah Maya sepi. Hanya ada bibi Suri istri mang To yang juga sebagai pembantu di rumah Maya.

"Kok sepi May, om dan tante kemana?"

"Mama sedang ikut papa studi banding di Malaysia."

"Kok nggak bilang, kalau kau sendiri di rumah."

"Aku nggak sendiri, ada mang To dan bibi Suri menemaniku, aneh kau Nur."

"Hah ! Maaf maksudku kau nggak bilang kalau om dan tante sedang tidak di rumah."

"Kalau kau tanya ya aku jawab, lah kau tak tanya apa aku harus menjelaskan."

"Iiihhh.. Kau nih May nggak berubah dari dulu ya."

"Aku nggak mau berubah, aku pengen nasibku yang berubah."

"Ampun ! Kalau ngomong ama kau nih susah nian. Haha.."

"Udah, mandi dulu sana. Aku mau bantu bibi, menyiapkan makan pagi buat kita."

"Baiklah. Aku mandi dulu. Bau banget nih !"

Sementara Maya membantu bibi Suri menyiapkan makanan di meja. Nur masuk ke kamar mandi.

***

Selesai makan mereka duduk di ruang keluarga. Lagu yang dulu sering mereka dengar waktu masih duduk di bangku SMP, hari ini mereka dengarkan lagi bersama - sama. Lagu kenangan itu menemani mereka bernostalgia.

"Hari ini kita jalan yuk." Ajak Maya.

"Malam aja May, kita ngobrol aja dulu. Aku mau cerita banyak nih!"

"Ok, kalau gitu."

Obrolan mereka benar - benar tidak ada jedanya. Ada cerita ulang tentang yang telah lewat dan ada pula cerita anyar pengalaman yang pernah mereka alami selama berpisah. Diselingi tawa, canda bahkan kadang saling mengejek di antara mereka tak terasa waktunya shalat zuhur tiba.

"Udah jam 12 nggak kerasa ya."

"Udah sana siap-siap shalat zuhur dulu, nanti lanjut kita ngobrol lagi."

Nur dan Maya bersiap - siap untuk shalat zuhur. Karena zuhur segera tiba.

"Duluan Nur, aku mau lihat kayaknya ada orang yang datang."

Maya merasa ada yang sedang berdiri di depan pagar. Maya heran tidak kenal dengan lelaki itu. Lelaki itu memperhatikan rumah Maya sangat lama.
Maya bergegas menuju pintu. Tapi sampai di pagar lelaki itu sudah tidak ada. Maya bingung, "Siapa lelaki itu."

"Siapa May ? Tanya Nur yang masih menggunakan mukena.

"Tahu tuh ! Siapa nggak jelas orangnya."

Maya, bibi Suri dan Nur shalat zuhur diimami oleh mang To. Selesai shalat Maya memberitahu mang To kalau ada orang di balik pagar tadi, tapi tidak menekan bel dan pergi begitu saja.
Mang To berjanji akan menemuinya kalau nanti lelaki itu datang lagi.

***

Jam 8 malam Maya dan Nur keluar rumah dengan mang To yang setia mengantar kemanapun mereka pergi.
Nur bukan tak paham daerah Lampung karena dia lahir dan besar sampai tamat SMP di Lampung. Jadi mereka mengunjungi tempat-tempat sekedar bernostalgia saja.
Walau sudah banyak berubah tapi tempat pavorit mereka masih ada. Tidak berganti tempat hanya sekarang lebih mewah dan ramai saja.
Jam 10 malam mereka memilih pulang. Maya memang tidak terbiasa ada di luar sampai larut. Mang To juga pasti tidak akan bersedia mengantar kalau lebih dari jam sepuluh malam. Mang To sangat takut pada orang tua Maya.
Mang To bukan sekedar sopir biasa, tapi Mang To ditugaskan menjaga Maya, selama mama dan Maya sedang tidak ada.

***

Pagi - pagi sekali Nur sudah berada di halaman rumah. Nur melihat ada seseorang tegak di luar pagar yang masih di kunci. Nur memberitahukan pada Maya. Mendapat laporan dari Nur, Maya langsung memberitahukan pada bibi Suri.

"Bi coba lihat siapa itu yang datang, mungkin orang yang kemarin."

"Iya, bibi lihat dulu."

Bibi Suri langsung menuju pintu pagar sambil sedikit berlari. Bibi juga penasaran karena lelaki yang aneh itu sudah sering datang, tapi tidak pernah menekan bel atau memanggil menandakan dia akan bertamu.
Lagi - lagi bibi Suri terlambat lelaki yang aneh itu sudah pergi, tanpa terlihat ke arah mana dia pergi.

"Siapa bi? Apa maksudnya lelaki yang aneh itu hanya memperhatikan rumah kita dari luar pagar."

"Entahlah, tadi bibi tidak berhasil menemuinya dia sudah pergi."

"Semoga aja lelaki yang aneh itu bukan orang jahat May.."

"Ih kau nie Nur, nakuti aku bae, keluargaku dak katik musuh Nur." (kau ini Nur membuat aku takut, keluargaku tak punya musuh).

"Bukannyo nak nakuti kau May. Bukan cak itu maksudku." (bukan membuat mu takut May. Bukan begitu maksudku).

"Yo. Sudahlah dak usah bahas itu lagi."

Selesai mandi Nur dan Maya hari ini akan berkeliling menemui teman - teman lamanya. Tetap diantar oleh Mang To sopir Maya. Tak lupa Maya berpesan pada bibi Suri supaya berhati - hati di rumah, karena lelaki yang aneh itu mencurigakan dan mungkin dia akan datang lagi.

***

Sore hari Maya dan Nur pulang dari mengunjungi teman - teman lamanya. Mendapati lelaki yang aneh itu sedang berdiri di depan pagar. Mang To cepat turun dari mobil langsung menemui lelaki yang aneh itu. Mang To tidak ingin kehilangan jejak lagi.
Maya dan Nur memperhatikan dari dalam mobil. Nampak Mang To berbincang - bincang dengan lelaki yang aneh itu. Sesaat kemudian lelaki yang aneh itu mengeluarkan selembar kertas bergambar dari dalam jaketnya. Tak lama berselang bibi Suri datang membuka pintu pagar. Mang To mengangguk - anggukkan kepalanya dan menuju ke mobil.

"Sapo mang ?" Tanya Maya penasaran.

"Dio dulu pernah tinggal di rumah ini. Kagek kito ngobrol, dio galak di ajak masuk."

"Idak apo - apo tah mang ?" Maya khawatir.

"Dak apo - apo, mamang percayo dio wong baek."

Setelah mobil di parkir di garasi Maya dan Nur turun dari mobil diikuti mang To, yang berjalan di depan Maya dan Nur.
Lelaki yang aneh itu sudah duduk di kursi teras rumah dan ditemani bibi Suri. Bibi Suri memperhatikan kertas bergambar yang dibawa lelaki yang aneh itu.
Maya duduk di samping bibi Suri. Nur tetap berdiri di sisi kanan Maya yang sedang duduk. Sedangkan Mang To memilih berdiri di samping lelaki yang aneh itu.

"Maya, ini namanya pak Udin. Dia ini dulunya pemilik rumah yang di beli oleh mama dan papamu. "

"Terus maksudnya apa bi ?"

"Pak Udin tinggal bersama anaknya di kota Sono. Sekarang pak Udin sedang berkunjung ke kota ini, mengunjungi kerabatnya di kota ini. Dulu yang membeli rumah ini masih kerabatnya pak Udin. Tapi pak Udin ragu karena rumah ini sudah jauh berbeda."

"Jadi pak Udin kenal papa ya, Maya penasaran."

"Tidak, bapak tidak kenal orang tuamu, ternyata rumah ini sudah dijual lagi oleh pak Cik, ke orang tuamu."

"Oh.. Jadi pak Udin mengira yang tinggal di sini masih pak Cik kerabatnya pak Udin ya ?" Tanya Maya.

"Iya nak." Jawab pak Udin nampak sedih.

Mungkin pak Udin sedih karena tidak berhasil bertemu dengan kerabatnya yang bernama pak Cik itu.
Maya lega karena sekarang masalahnya sudah jelas. Setelah ngobrol beberapa saat dan minum teh yang disajikan bibi Suri. Pak Udin mohon diri, beliau juga meminta maaf karena sudah membuat kami merasa takut dan khawatir. Besok pak Udin segera kembali ke kota Sono.
Selesai shalat isya Maya dan mang To mengantar Nur ke stasiun. Nur sudah harus kembali ke Palembang.

Dalam perjalanan pulang dari stasiun setelah mengantar Nur handpone Maya bergetar.
"May, mama sama papa udah di Jakarta. Besok pagi baru ke Lampung naik pesawat pagi."

"Iya mah, Maya kangen."

"Iya mama juga kangen nak."

"Maya tunggu ya mah.."

"Iya, Maya baik - baik aja kan ?"

"Sangat baik mah.."

"Oh ya, teman mu Nur masih di Lampungkan ?"

"Ini baru ngantar Nur ke stasiun, Nur udah balik ke Palembang malam ini mah."

"O.. Ya udah besok mama udah di rumah kok. Udah ya nak, nanti mama telpon lagi.

"Iya mah, assallamuallaikum."


"Waallaikumsallam."


Tag : Lelaki Yang Aneh Itu Lelaki Yang Aneh Itu Lelaki Yang Aneh Itu

If You Enjoyed This, Take 5 Seconds To Share It

3 komentar:

  1. Oh lelaki aneh itu ternyata dulu memilik rumah yang ditempati Maya. Memasng awalnya pasti penasaran tapi setelah semua terkuak jadi lega.

    BalasHapus
  2. kelihatannya pak udin ini kerabat karib yg sangat akrab sama pak cik ya.,,

    ya karena rumahnya maya yang sekarang ini dulu rumahnya pak udin..? Tanpa di beri petunjuk jalan pasti pak udin tahu persis dimana letak kamar mandinnya.., hehe..

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Terima kasih untuk kehadirannya di blog Maya salam hangat dan persahabatan selalu