Senin, 12 Februari 2018

Buah Manis Kesabaran dan Ketekunan

24 comments

Buah Manis Kesabaran dan Ketekunan

Genre cerita anak, mohon maaf bila ada kesamaan tempat dan nama dalam cerita ini, itu hanya suatu kebetulan saja dan bukan adanya unsur kesengajaan. Semoga dalam cerita ini ada yang bisa diambil hikmahnya. Selamat membaca ya ....



🎈🎈🎈🎈🎈


Hari masih gelap sayup terdengar suara indah shalawat dari mushala yang tak jauh dari rumah tinggal Alif. Shalawat itu bertanda sesaat lagi azan subuh akan berkumandang. Alif membuka matanya perlahan dengan ujung-ujung jarinya Alif mengelus-elus lembut kelopak matanya. Udara di luar rumah masih sangat dingin hingga terasa dingin sampai ke dalam rumah Alif yang menerobos lewat lubang-lubang kecil dinding geribik yang ditempatinya.

Sejak ayah dan ibu Alif meninggal karena keduanya sakit kini Alif sendiri menempati rumah kecil peninggalan orang tuanya. Walau Alif harus berjuang keras menghidupi dirinya sendiri, namun Alif bukanlah lelaki yang cengeng dia bekerja sambil bersekolah tetap dijalaninya dengan penuh semangat dan tetap berprasangka baik pada Yang Maha Kuasa.

Perlahan Alif menuju sungai dengan senter kecil ditangan kanannya, ya rumah Alif tidak jauh dari sungai, orang sekitar menyebut sungai itu "Way Harong" airnya jernih banyak batu-batu hitam di dasar sungai itu. Warga sekitar juga masih banyak yang memanfaatkan aliran sungai Way Harong untuk keperluan sehari-hari, seperti mencuci pakaian dan mandi.

Baca yang ini juga boleh ya,

Selesai membersihkan tubuhnya di Way Harong Alif langsung menuju Mushala untuk shalat subuh berjamaah. "Assallamuallaikum ...." Sapa Alif ketika berpapasan dengan pak Hamid yang juga sedang menuju mushala.

"Waallaikumsallam ...." Jawab pak Hamid. "Ayo Lif, sebentar lagi azan subuh." Mereka berjalan beriringan menuju mushala.

Selesai shalat subuh Alif langsung menuju ke agen koran. Alif harus berpacu dengan waktu walau di ufuk timur matahari belum menampakkan sinarnya dan udara pagi yang masih terasa sangat dingin. Alif tidak perduli walau harus berjalan kaki menembus kabut, yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya untuk segera sampai di agen koran langganannya dan bisa meminjam sepeda si agen untuk mengantarkan koran-koran kelangganannya dengan cepat lalu mengembalikan sepeda kepemiliknya untuk kemudian menuju sekolahnya. Alif bersekolah di Madrasah Tsanawiyah kelas sembilan. Walau kehidupan sulit Alif bertekad untuk tetap semangat dan sabar menjalani hidupnya. Alif ingin meneruskan pendidikannya dan meraih cita-citanya. Pesan orang tua Alif semasa hidupnya untuk tetap menjalani hidup dengan jujur sesulit apapun kehidupan di dunia ini. "Alif kamu harus semangat, sabar dan jujur ya ..." pesan itu terus terngiang-ngiang di telinga Alif.

Alifpun menembus kabut pagi dan sampai di agen koran tepat waktu seperti biasanya jam lima lewat lima belas menit.

"Besok kau lebih pagilah Alif, tadi sepeda itu ada yang mau meminjam, tapi aku tidak kasih." Bang Odi si agen koran menyambut Alif.

"Maaf bang, in syaa Allah, terima kasih masih mau menahan sepeda itu untuk aku pakai." Sebenarnya Alif sedang menabung untuk membeli sepeda. Alif sangat ingin memiliki sepeda sendiri, tapi tabunganya belum cukup untuk membeli sepeda.

"Ya, sama-sama Lif, ambil berapa korannya?"

"Biasa bang, seperti yang kemarin."

Bang Odi kemudian mengambilkan sejumlah majalah dan koran yang biasa dibawa oleh Alif untuk langganannya.

"Terima kasih Bang," Alif pun berangkat menemui langganannya dengan meminjam sepeda Bang Odi.

Alif mengayuh sepeda memasuki gang-gang mendatangi pelanggan-pelanggan yang setia menunggu koran dan majalah yang dia bawakan. Menjadi pengantar koran dari rumah satu rumah ke rumah lainnya Alif jalani dengan ikhlas dan semangat.

Jalanan masih sepi dari lalu lintas kendaraan hanya sesekali Alif berpapasan dengan pejalan kaki yang sedang berjalan pagi menikmati udara pagi dan berolah raga.

Saat memasuki gang Melati tiba-tiba mata Alif melihat bungkusan tergeletak begitu saja di sebelah kiri gang. Alif menghentikan sepedanya memperhatikan bungkusan yang tergeletak. Bungkusan berukuran sedang dengan pembungkungkusnya menggunakan kain sarung kotak-kotak berwarna coklat. Ada rasa takut Alif menyentuhnya, terpikir olehnya untuk mengetuk pagar rumah yang tidak jauh dari bungkusan itu tergeletak.

Baru saja Alif hendak menekan bel yang ditempel di pintu pagar, tiba-tiba keluar bapak pemilik rumah.

"Permisi pak."

"Koran ya?"

"Ya pak, tapi saya bukan mau mengantar koran untuk bapak itu pak saya menemukan bungkusan itu," Alif menunjukkan jari telunjuknya pada bungkusan kain yang tergeletak tidak jauh dari mereka.

"Apa itu? Ayo kita lihat!" Ajak pak Raden kemudian.

Pak Raden membuka bungkusan itu dengan hati-hati. "Kita lihat isinya." Kata pak Raden.

"Hati-hati pak." Alif mengingatkan pak Raden.

"Ia kita lihat apa isi bungkusan ini."

Sungguh terkejut Pak Raden dan Alif saat mengetahui isi dari bungkusan itu, ternyata bungkusan itu berisi perhiasan emas, uang, dompet dan tas kulit berwarna hitam.

"Milik siapa ini?" Tanya pak Raden.

"Tidak tahu pak, saya hanya melihat bungkusan itu tergeletak begitu saja." Jawab Alif.

"Jangan-jangan ini milik penghuni gang Melati ini, coba kita lihat dompetnya mungkin ada petunjuk." Kata Pak Raden.

Alif hanya memperhatikan saja. "Wah ini milik pak Richard, dua rumah dari sini, ... ayo kita bawa kesana, mungkin pak Richard kecurian."

"Pak Richard pelanggan koran saya pak."

Benar saja rumah pak Richard telah kemasukan pencuri tadi malam. Mungkin karena pencuri terburu-buru hingga bungkusan perhiasan dan tas hitam yang dicurinya terjatuh.

Senangnya pak Richard dan keluarga karena barang-barangnya masih kembali lagi padanya dan keluarganya. Pak Richard mengucapkan banyak terima kasih pada pak Raden tetangganya dan juga kepada Alif langganan korannya.

Sebagai ucapan rasa terima kasihnya kepada Alif, pak Richard memberikan sejumlah uang kepada Alif.

"Nah ini kau ambilah untuk keperluanmu ya .... " kata pak Richard pada Alif.

Walau sebenarnya Alif tidak menginginkan balasan apapun dari pak Richard. Alif merasa senang sekali bisa menemukan barang dan mengembalikan barang milik pak Richard yang juga adalah pelanggannya. Sekarang Alif bisa memiliki sepeda sendiri sehingga tidak perlu meminjam sepeda kepada Bang Odi.

Akhirnya Alif sekarang bisa mengambil dan mengantar koran pada langganannya lebih pagi lagi tanpa khawatir terlambat untuk masuk sekolah. Itulah buah manis dari kesabaran dan ketekunan.

Waktu pagi adalah waktu yang penuh dengan kebaikan atau berkah, sehingga Nabi Shallalla hu 'alaihi wa sallam berdo'a untuk umatnya. Doa Indah Rasulullah :
"Ya Allah berkahilah umatku di pagi harinya." (dari sahabat Sokhr Al Ghomidiy)


cerita anak : Buah Manis dari Kesabaran dan Ketekunan.

If You Enjoyed This, Take 5 Seconds To Share It

24 komentar:

  1. Dengan kesabaran dan ketekunan akan bisa mendapatkan buah yang manis,
    Di setiap pekerjaan apapun jika kita menerapkan kesabaran dan ketekunan di saat mengerjakan nya pasti akan ada buah manisnya ya mba :D hehe

    BalasHapus
  2. Ya Mayuf, kesabaran dan ketekunan memang sulit dijalani karena kadang harus menunggu, yang ditunggu pun belum jelas hasilnya
    tapi tetap harus berprasangka baik pada-Nya

    BalasHapus
  3. maka nenek sering bilang bahwa sabar dan tekun adalah kunci sukses di tambah dengan sikap jujur menjadi wejangan beliau tiap kali bertemu, maka benarlah adanya wejangan nenek-ku itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sependapat Mang.. ..

      Hapus
    2. Nenek paling tahu yang terbaik untuk para cucunya karena itulah wejangan nenek akan menuntun sang cucu pada kebahagiaan

      Hapus
  4. Kesabaran adalah kunci dari semua masalah

    BalasHapus
    Balasan
    1. meski banyak yang bilang sabar itu sulit

      Hapus
  5. Apa kabar mbakyu? Senang rasanya dateng blog ini, setelah beberapa bulan sy nggah hadir karna ada kunjungan kerja ke Korea,

    Semoga mbakyu baik baik saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah sehat
      oh gitu ya, terima kasih kalau masih ada rasa senang singgah di blog jejak maya

      aamiin in syaa Allah semua baik-baik saja

      Hapus
  6. Yaa!! Apapun itu sesuatu pasti ada hikmahnya.. Termasuk yang dialami Alif & pak Raden.

    Dan perlu kita ingat berbuat baik pada orang lain akan berbuah suatu kebaikan yang begitu berlebih...

    Jadi jangan pernah bangga akan kebaikan kita....Tetapi ingatlah kebaikan orang lain selalu...😄😄😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, kebaikan itu bagaikan cermin yang akan memantul kembali kepada siapa yang ada dicermin itu

      Sip, lakukan kebaikan dan lupakan begitu ceramah pak ustad hehe

      Hapus
  7. Sabar dan tekun, hanya dua kata itu saja susah diterapkan yaa,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kata nenek, siapa yang sabar maka ia akan memiliki sifat yang tekun, rajin, sungguh-sungguh
      hehe

      Hapus
  8. wow siapa yang sangka ya
    bungkusan tersebut ternyata berisikan emas dan permata yang selama ini banyak dicari orang

    memang dengan berperilaku sabar, orang akan dijanjikan surga oleh Tuhan.
    Karena buahnya adalah surga, makanya sulit untuk dilakukan oleh manusia

    BalasHapus
    Balasan
    1. dan ternyata ada dihadapan orang yang sabar dan tekun
      tanpa harus mencarinya lagi

      sabar bagaikan pohon yang berduri tapi buahnya sangat manis

      Hapus
  9. Hanya dengan berprasangka baik, kita berharap semua akan baik-baik saja.

    Banyak hal negatif disekeliling Kita, positif thinking bisa jadi penangkalnya.

    BalasHapus
  10. sebab itu kesabaran sebahagian daripada iman

    BalasHapus
  11. selain alif banyak sekali contoh kasus yang hampir mirip.. itu tandax masih banyak orang yg tulus di lingkungan ata negara kita.
    pertanyaanya. apakah kita sudah menjadi orang seperti itu?
    nah.. hanya kita masing2 yg bisa menjawabx..

    BalasHapus
  12. bagus ni mbak ceritanya, menginspirasi buat anak untuk sabar dlm sgala keadaan hehe .. tapi btw di luar topik kalo aku yg nemuin bungkusanya psti udh tak bawa pulang haha :D

    BalasHapus
  13. Cerita singkat yang sangat menghibur, makna dari itu semua adalah kejujuran itu pasti berbalas dan akan berbuah manis.



    BalasHapus
  14. Innallaha maassabirin tidak di dunia ya diakhirat nanti dia beroleh buahnya

    BalasHapus
  15. Buah manis itu tidak asem.. kalau asem namanya tidak manis. Iya nggak mbak.

    Belajar jadi penulis cerpen nih Mbak..:D

    BalasHapus
  16. semoga kita diridhoin ketabahan dan ketekunan terus ya.

    BalasHapus

Terima kasih untuk kehadirannya di blog Maya salam hangat dan persahabatan selalu