Tulisan ini harusnya sudah di terbitkan tadi pagi, tapi karena baru selesai *tertunda karena harus menyelesaikan pekerjaan rutin lainnya* jadi baru diterbitkan sore ini. Sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah kira-kira yang bisa saya simpulkan dari apa yang saya baca dari berita ini.
Miris membaca berita koran lokal yang terbit hari ini. Berita tentang seorang bapak yang terpaksa mencuri motor karena kebutuhan. Bapak tersebut menurut keterangan yang ia katakannya pada polisi yang menyelidikinya karena tersangkut kasus pencurian motor yang saat ini masih dalam proses penyelidikan, "saya terpaksa mencuri motor karena anak saya butuh biaya untuk masuk sekolah dasar."
Setelah di selidiki ternyara bapak ini baru satu hari berada di kota tersebut. Tujuan awalnya bapak ini datang ke kota tersebut untuk mencari pekerjaan. Sementara dia tinggal di rumah kerabatnya. Ada kesan tidak sabarnya bapak ini mencari kerja, baru satu hari merantau kok sudah nekat melakukan kejahatan dengan mencuri demi si buah hati.
Sekarang bapak ini tengah meringkuk di balik jeruji besi menyesali perbuatannya. Dalam keadaan kaki yang berbalut perban karena timah panas sempat bersarang di kakinya. Polisi terpaksa melakukannya karena dia berusaha melawan. Sudah jatuh tertimpa tangga. Sungguh kemalangan yang bertubi-tubi menimpa bapak tersebut.
Kini jangankan untuk membela biaya sekolah anaknya, dirinya saja sedang dalam keadaan tidak berdaya berhadapan dengan hukum. Akibat dari perbuatannya sendiri. Hidup tidak hanya untuk hari ini, tapi hidup untuk esok, lusa bahkan di hari kemudian harus di hadapi dan dipertanggung jawabkan.
Entah hanya pembelaan diri atau memang demikian adanya, hanya dia dan Allah-lah yang tahu. Terlepas dari sengaja berdusta atau sengaja khilaf, yang pasti hati nurani telah tergadai karenanya. Seorang bapak yang harusnya menjadi panutan kini diuji karena kebutuhan haruskah nekat merugikan orang lain? Tegakah membiarkan si buah hati menikmati barang dan makanan dari hasil curian?
Tidak ada yang tak beresiko dalam perjalanan hidup ini. Kita yang selalu berhati-hati saja kadang kala masih harus berhadapan dengan masalah kehidupan, apalagi yang dengan sengaja dan sadar melakukan kesalahan.
Semoga Allah memudahkan perjalanan hidup di dunia dan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Mungkin tulisan ini tidak begitu penting bagi orang lain, tapi menjadi ingatan bagi kami agar berhati-hati dan lebih banyak bersyukur daripada mengeluh.
Rupanya si bapak menggunakan jalan pintas dalam mencari rezeki, sungguh terlalu
BalasHapussi bapak yang gelap hatinya, berbuat tanpa pikir panjang
Hapussungguh terlalu
Menggunakan kata "terpaksa" untuk membela diri yang melakukan tindakan kriminal sungguh bukan sesuatu yang dibenarkan. Mau mencuri sambil baca do'a dan menyebut nama Tuhan sekali pun tidak akan membuat status haram menjadi halal. Padahal tuh motor bisa saja didapat dan akan sampai kepada dirinya dengan cara yang halal kalau mau bersabar. Tapi ternyata nyari motor nya dengan cara yang haram. Yah, kalau sudah begini mau menyalahkan diri sendiri pun sudah terlambat. Kasihan anak dan istrinya. Semoga tetap sekolah tuh anak.
BalasHapussip! Rezeki sudah ada yang mengatur, tinggal bagaimana dan dengan jalan usaha apa untuk sampai di tangan kita
Hapusalasan klasik kalau kata polisi, tpi kasihan juga kalau uda gini mbak :(
BalasHapusbisa jadi itu hanya alasan klasik
Hapusutk membela diri
munkin kurangnya rasa bersyukur & kurang sabar.., padahal sebelum kita melakukan sesuatu ada dua pertanyaan yang keluar dari hati nurani kita.
BalasHapusapakah ini baik buat kita? atau tidak baik buat kita? harus di pertimbangkan dulu sesuai Amar ma'ruf nahi munkar..., karena pada intinya penyesalan selalu datang terlambat.
dua faktor yang sering kali diabaikan, rasa syukur dan sabar, bisa menyebabkan orang berbuat tanpa berpikir panjang
HapusMiris ya Mbak. Tapi saya mikirnya, aneh juga si bapak itu. Masa iya ya ada orang yang baru berada di sebuah daerah, berani2nya mencuri ...
BalasHapussemoga kita dijauhkan dari sifat tercela
Hapussalam
Sebenarnya ya dalam keadaan apapun kita harus tetap bertawakal. Meski bapak itu punyaa niat mulia tapi cara yang ditempuh tetap salah dan nggak ada pembenaran atas kesalahan tersebut.
BalasHapusTapi yang lebih salah adalah kita sebagai sesama kaum muslimin membiarkan ada saudara sesama muslim kita kekurangan. Aku pun bersalah karena nggak mampu membantu meringankn beban bapak itu.
dalam keadaan apapun kita tetap yakin rezeki Allah yang mengatur
Hapussemoga Allah cukupkan kita dengan yang halal dan jauhkan dr yg haram
the power of kepepet yg negatif, sangat merugikan diri sendiri ya Mbak. Miris banget bacanya
BalasHapuskasian amat anaknya :( tapi apa bener tu nyuri buat biaya sekolah? karena kadang cuma dijadikan alasan aja
BalasHapusKalau saya pilih bukan sudah jauth tertimpa tangga. aaya pilih dia membenturkan kepalanya sendiri ke tangga atau dinding.
BalasHapusAda banyak jalan menuju roma. Begitu juga dalam mencari nafkah. Tidak perlu sampai melakukan sesuatu yang tidak halal untuk itu.
Selama kita masih mau bekerja dan mengeluarkan tenaga, pasti akan ada jalan untuk mencari sesuatu yang halal.