Sabtu, 11 Maret 2017

Sepuluh Tahun Telah Berlalu bag. 2

32 comments

Sebelumnya ini bagian pertama dari cerita ini :

"May, aku pulang terlambat ..., mungkin agak larut baru sampai di rumah, nggk usah nunggu makan malam denganku ya, cium sayang buat Dinda." Suara mas Bagus di ujung telpon.

"Iya mas, nggak apa-apa, hati-hati mas."

"Ya, assallamuallaikum."

"Waallaikumsallam, terima kasih sayang."

Tumben mas Bagus panggil sayang, nggak biasanya. Aneh. Meski otakku dijejali oleh bermacam pertanyaan tentang perubahan yang baru saja dilakukkan oleh mas Bagus, tapi tak menghalangiku untuk kembali mengenang kejahilan Andrian.

Mas Bagus jauh dari romantis, apa lagi memujiku, yang aku ingat mas Bagus memujiku hanya sekali, ya saat aku memakai gaun pengantin. Mas Bagus kaku dan otoriter. Entah aku tidak tahu mengapa aku bisa luluh dengan cinta yang kadang membuatku terpenjara di kandang emas.

Mas Bagus memantau semua aktifitasku di luar rumah dan membatasiku untuk tidak banyak keluar rumah, selain menjemput dan mengantar Dinda sekolah, ke pasar untuk keperluan harian juga sudah tentukan, dengan cara menyetok mingguan dan bulanan.

Awalnya aku tidak begitu tersiksa dengan perlakuan mas Bagus, aku berusaha untuk berdamai dengan nasib. Semakin lama ternyata aku tidak sekuat inginku. Kadang aku iri dengan teman-temanku, mereka tidak mendapat perlakuan dengan aturan-aturan dari suami sepertiku. Tapi aku harus tetap bertahan demi cintaku, Dinda anakku.

Andrian yang selalu menghujaniku dengan pujian dan cerita-cerita konyol, lucu mengundang tawa. Tapi lebih menarik diri dari mengejarku dan memilih terbang ke Singapur untuk melanjutkan studynya.

***

"Hayo ngelamun ya sayang?" Tiba-tiba mas Bagus memelukku dari belakang.

"Hehe, nggk kok mas." Aku berusaha untuk mengimbangi.

"Hahaha, sayang ..., buatin aku teh dong, sudah lama kita nggk ngeteh bareng sore-sore gini." Suara sedikit manja.

"Hehe, iya mas aku buatkan teh, tapi gimana caranya aku buat teh, kalau mas terus memelukku begini." Aku berusaha menutupi kebingunganku, mengapa mas Bagus berubah menjadi semesra ini.

"Eh, iya sayang, aku lupa ..., habis aku kangen sayang, aku takut kehilangan orang yang aku sayang."

"Kehilangan? Mana mungkin aku menghilang mas, ada Dinda yang mengikatku untuk selalu setia pada mas Bagus." Otakku terus berputar dan berpikir keras, ada apa dengan semua perubahan ini.

"Itu sebabnya, aku khawatir kedua wanita yang cantik didekatku kelak akan meninggalkanku, bila aku tidak merubah sikapku." Mas Bagus melonggarkan pelukannya dan beralih tepat dihadapanku. Suaranya seakan menyesali sikapnya selama ini. Matanya menatap melembut, memberi damai, tidak seperti hari-hari lalu, dingin, kaku kadang membuat aku takut.

***

"Sayang masak apa hari ini?" Mas Bagus membuka tudung saji.

"Masak cumi asam manis mas, tadi Dinda minta menu itu, tapi kalau mas Bagus tak suka nanti aku masak menu lainnya."

"Wah! Cumi asam manis kesukaan Dinda dan aku sayang, Dinda tahu itukan?"

"E, e, ...."

"Enggak usah masak yang lain sayang, itu sudah cukup ..., makyuus!" Sambil tersenyum mas Bagus menyentuh daguku dan mencium keningku, " terima kasih sayang."

"Hehe .... Iya mas, kalau mas suka aku juga senang terima kasih."

"Ada apa dengan mas Bagus, sudah satu minggu ini ia berubah. Apa yang membuatnya berubah? Aku tidak berbuat apa-apa untuk merubah sikapnya?" Batinku diliputi berbagai pertanyaan.

***

"Maya reuninya jadi, bisa datangkan?" SMS dari Rini.

Aku hanya menghela nafas. Aku tidak mungkin meminta izin pada mas Bagus untuk hadir di reuni itu, aku yakin tidak akan mendapat izin. Aku tidak sanggup untuk membalas SMS dari Rini.

"Maya, SMS ku sudah diterimakan? Kok nggk dibalas?" SMS Rini di hari kedua. Lagi-lagi tak tega untuk membalasnya dengan jawaban tidak bisa datang.

"Maya, kabar gembira Lisa bisa datang dari Taiwan, kau bisa hadirkan? Balas dong, kau kenapa tidak memberi khabar?"

Aku dalam posisi kebingungan, sebenarnya aku sangat ingin untuk hadir, tapi aku benar-benar tidak berani meminta izin pada mas Bagus.

"Sayang, ngelamun ya?" Mas Bagus duduk di sampingku dan melingkarkan tangannya di bahu ku.

"Nggak kok mas." Aku merapatkan tubuhku ke mas Bagus.

"Teman-temanmu mengadakan acara reuni ya?" Suaranya tenang.

"E .... Ya mas." Aku gelisah, takut, pikiranku kacau khawatir mas Bagus marah besar.

"Sayang, kau pasti kangen mereka, mau hadirkan?" Mas Bagus mengusap-usap rambutku sementara mulutku bagai terkunci rapat. Aku terdiam. Pasti mas Bagus membaca SMS yang masuk ke hp ku.

"E ...., e ini mas..." Aku bingung mencari jawaban.

"Andrian juga datangkan?" Suara mas Bagus sangat tenang. Justeru aku yang kebingungan dadaku berdegup kencang. Tidak tahu harus bagaimana. "Mas Bagus menyebut nama itu, haduh! Bagaimana ini?" Batinku.

"Sayang, datanglah ke reuni itu, sepuluh tahun telah berlalu, aku tahu suasananya pasti sudah berbeda."

"Tapi, mas ... eng ...." Suaraku langsung di potong oleh mas Bagus.

"Tapi, aku minta maaf ..., bila aku tidak mengantarmu bukan berarti aku tidak memberi restu, hanya saja aku tidak ingin kau merasa selalu aku bayang-bayangi seperti yang sudah-sudah. Aku percaya kau adalah isteri dan ibu yang baik, yang pantas aku percayai." Mas Bagus memelukku erat.

Mas Bagus benar sepuluh tahun telah berlalu, tentu saja Andrian sudah berbeda. Andrian juga sudah tahu kalau Maya yang jutek, jaim, sok jual mahal sudah punya pendamping. Masa-masa jahil, masa-masa cinta remaja yang egois tentu sudah tidak ada lagi.

Aku sangat bersyukur tanpa aku memohon kepada mas Bagus untuk menghadiri reuni akhirnya aku dapat izin. Aku berusaha tidak menampakkan kebahagiaan yang berlebihan pada mas Bagus, bagaimana pun aku harus bisa menjaga perasaannya.

"Mas, terima kasih ya ..., sudah memberi izin." Aku membalas pelukkannya sebagai tanda terima kasih karena sudah mengerti keinginanku.

Dalam hati aku berdoa semoga mas Bagus tidak kembali kaku seperti yang sudah-sudah, aku juga berjanji akan menjaga kepercayaannya dengan segenap jiwa ragaku.

***

Pagi-pagi aku sudah menyiapkan semua keperluan mas Bagus dan Dinda selama aku pergi. Memang aku sudah mendapat izin, tapi aku harus bisa pulang sebelum waktu shalat zuhur habis. Tidak, aku tidak bermasalah dengan waktu dan sudah menjadi tugasku untuk mempersiapkan kira-kira apa saja yang butuhkan Dinda dan mas Bagus selama aku pergi.

"Mas, mereka tidak akan keberatan kok ..., kalau Dinda dan mas Bagus bisa hadir." Ajakku.

"Tidak apa-apa, aku ingin bersama gadis kecilku di rumah, kami sudah menyiapkan alat-alat gambar dan kau sudah menyiapkan semua keperluan kami selama engkau pergi." Mas Bagus memeluk gadis kecilku sambil tersenyum.

"Mama nggak lama kan?" Tanya Dinda.

"Nggak sayang, jangan nakal ya." Aku membungkuk mencium kening Dinda.

"Mas, aku pergi dulu ya." Sambil mencium tangan mas Bagus dan mas Bagus mencium keningku. "Heem ..., hati-hati sayang."

Perlahan Avanza silver melaju, doa ku panjatkan semoga aku bisa mengendalikan perasaanku, bila nanti bertemu Andrian. Secara jujur aku benar-benar berdebar-debar, meski sepuluh tahun telah berlalu kejahilan Andrian sulit untuk aku lupakan.

Rumah makan "Rindu" yang sudah dipesan untuk acara reuni. Masih tampak sepi dari luar, tapi sudah terpakir beberapa kendaraan di halaman parkir. Halaman parkir yang luas dengan ditanami pepohonan yang tertata rapi. Kursi kayu jati yang terawat masih mengkilat walau telah diduduki pelanggan setiap saat.

"Hai! Maya ..., sendirian .., kok nggk diajak gadis kecilmu, aku ingin kenal dengan dai cilikmu sist hehe ..." Lisa menyambutku kami bersamaan turun dari mobil masing-masing. Setelah bersalaman, berpelukan, cipika cipiki, aku dan Lisa bergandengan masuk ke dalam Rumah Makan Rindu.

"Mas Bagas hari ini free, dia ingin menghabiskan waktu bersama Dinda, hehe." Jawabku tanpa melepaskan tanganku yang sedang menggandengnya.

Tak lama Rini muncul dengan balutan celana jeans dan kemeja motif kotak-kotak. Tas kulit berwarna merah. Rini tampak tidak berubah, gayanya yang tomboy dan energik.

"Haha, sudah ngumpul ya, sori telat ...." Rini langsung bergabung.

"Gua yang jauh-jauh dari Menado aja nggk pake telat, halah basi lu ...." Jingga Satria alias Dahlan Satriadi dengan gaya cueknya masih tetap sama seperti dulu.

"Udah yang penting sudah sampai, telat juga nggk di denda ini, hehe ... Aku dari Bandung kemarin, tapi nginap di rumah abangku yang tinggal tidak jauh dengan rumah makan Rindu ini." Maman Achmad dengan suaranya yang kental dengan nada Sunda-nya.

"Jaey Langkung mana? Kayaknya tadi sudah datang?" Tanya Emde Ndotkom.

"Tuh lagi ke toilet." Timpal Lisa ringan.

"Halah jauh-jauh dari Kalimantan yang di cari kok toilet sih?" Celetuk Rini.

Senang rasanya bisa kembali berkumpul dengan teman-teman sekelas waktu di SMU. Meski tidak hadir semua lumayanlah ada dua puluh lima orang yang sempat hadir. Acara dimulai dengan tertib, hingga di acara terakhir hiburan dan menikmati santapan.

Tatapan ku menangkap sosok yang tak asing. Aku mengatur debaran yang memburu perasaanku. Andrian mendekat.

"Assallamuallaikum, Maya ..., apa khabar?" Suaranya tenang jauh dari suara jahil yang dulu. Wajah terlihat dewasa.

"Eh ..., waallaikumsallam, mmmmh, baik. Ka... Kamu gimana?" Jawabku agak tersendat sambil mencoba posisi yang paling membuatku nyaman.

"Lihat! Ya seperti ini hehe ..." Andrian mengangkat kedua bahunya dan membentangkan kedua telapak tangannya.

"Silahkan aku mau ambil makanan dulu." Aku beranjak dari dudukku, aku merasa tak enak berada disituasi ini.

"Aku tahu, kau mau menghindar lagi seperti dulu, tak bisakah kau duduk dan mendengarkan aku, Maya aku sengaja datang dari Batam bukan semata-mata acara ini, tapi aku ingin bertemu denganmu."

"Ya, tapi ..." Andrian memotong kata-kataku.

"Aku tahu, kau nyonya Bagus, ibu dari gadis kecil Dinda dan aku menghormatimu."

"Wow! Kejutan! Andrian tahu dengan keluarga kecilku, kok bisa?" Batinku.

Aku tak ada pilihan selain duduk dan mendengarkan kata-kata yang meluncur dari mulut Andrian. Andrian cerita banyak dari masa-masa kuliahnya juga tentang pekerjaan. Aku lebih banyak diam dan menunduk.

"Beberapa minggu yang lalu, tepatnya satu bulan yang lalu, aku sempat bertemu Bagus. Bagus ada di acara peluncuran produk baru di perusahaan tempat aku bekerja, beliau di daulat sebagai bagian dokumentasi, ya jujur sih sebenarnya atas permintaanku. Aku punya banyak waktu berbincang dengannya. Dan Bagus juga menceritakan kalau dia sangat bahagia dengan keluarga kecilnya." Suara Andrian terhenti dan meneguk lemon squash dihadapannya.

"Aku senang, mendengar kalian bahagia. Bagus tahu kalau dulu aku menyukaimu ..., e, maaf aku ceritakan masa-masa SMA kita dulu pada suamimu." Lanjut Andrian dan melipat tangannya. "Dan Bagus juga tahu kalau sampai sekarang aku masih sendiri."

"Maaf, Andrian aku harus pulang."

"Masih ada waktu May, kita makan dulu, sepuluh tahun telah berlalu May, aku tidak lagi seperti dulu aku menghormatimu sebagai nyonya Bagus, ok." Suara Andrian sangat lembut dan sopan.

"Kalau begitu, izinkan aku mohon diri ..., terima kasih ..., mohon maaf Dinda pasti sedang menungguku di rumah."

***

Inbok dari Andrian ...

"Assallamuallaikum, nyonya Bagus. Mohon maaf bila inbok ini mungkin tidak sopan. Ada keinginanku untuk menelponmu, tapi entahlah aku tidak berani. Sepulangmu dari reuni, aku ngobrol banyak dengan Rini, Rini juga cerita banyak tentang perasaan kamu ke aku dulu. Sungguh aku bukan bermaksud tidak sopan atau ingin membuka luka lama. Aku butuh jawaban jujur darimu. Setelah aku tahu jawaban darimu, aku akan benar-benar pergi, please Maya."

Memoriku bagai mendapat perintah, memutar kembali kenangan lama. Air mata tak mampu kubendung. Ya, Andrian aku pernah mencintaimu. Aku juga pernah berharap engkau hadir dihadapanku menjahiliku dan menghujaniku dengan pujian, rayuan, tertawa bersamaku.

Tapi engkau tak segigih Bagus, kau lemah lalu menjauh dan membuka kesempatan pada Bagus untuk mendapatkan restu dari kedua orang tuaku.

"Waallaikumsallam, aku akui sejujurnya, sepuluh tahun telah berlalu kau meminta kepastian dariku. Aku tak ingin berbohong padamu, ya aku pernah mengharapkanmu, aku akui aku pernah mencintaimu. Seperti yang engkau ketahui Maya yang dulu kau kenal sekarang telah menjadi nyonya Bagus dan ibu dari Dinda. Aku doakan semoga engkau menemukan pujaan hatimu. Maafkan aku. Wassallam."

***

Waktu terus bergulir. Aku kini telah mendapatkan apa yang kuinginkan dari mas Bagus. Mas Bagus benar-benar berubah, aku selalu mendapat pujian dan kehangatan darinya. Tak ada lagi kekakuan aturan yang diterapkan mas Bagus. Tak jarang mas Bagus meringankan pekerjaanku di rumah. Walau demikian aku tetap menghormatinya dan aku semakin sayang padanya.

"Maya, senang rasanya, setelah aku tahu bahwa wanita sepertimu pernah mencintaiku, hahaha aku mulai jahil ya ..., ok selamat berbahagia untukmu bersama pak Bagus, juga salamku untuk malaikat kecilmu." Inbok dari Andrian.

"Terima kasih Andrian."

"Oh ya, apa kau bersedia hadir bila suatu saat aku mengundangmu di hari bahagiaku, hehe ..."

"Silahkan, tujukan undanganmu pada pak Bagus, ok."

"Hehe ..., owh of course nyonya Bagus."

Aku keluar dari akun facebook, alhamdulillah, ada air mata yang mengalir perlahan dipipiku. Entah apa arti air mata ini, ku seka dengan tisue perlahan. Sepuluh tahun telah berlalu dan aku merasa tak pernah sebahagia ini. Iya aku bahagia ternyata hidup ini benar-benar indah.

Mas Bagus telah memberikan segala yang aku inginkan, terima kasih Tuhan.

T A M A T
If You Enjoyed This, Take 5 Seconds To Share It

32 komentar:

  1. Cerita ini pasti membuat mereka yang alergi membaca kabur sebelum membaca hehe ... Terima kasih maaf kalau cerita ini membosankan

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama sekali tidak membosankan. hehehe
      aku kagung sama sosok maya yang punya pendirian yang teguh.

      Hapus
  2. baca cerita ini jadi pengin ke Rumah Makan Rindu, kira2 Rumah Rindunya kayak apa? apa terbuat dari anyaman bambu? hehe.

    ceritanya romantis sih., gurih lagi.., hehe

    akhirnya nyonya bagus mendapatkan kebahagiaan itu.

    selamat ya nyonya bagus., tentu saja andrian akan kabari ke toko bagus, ops TUAN BAGUS maksudnya.., haha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rumah Makan Rindu terbilang rumah makan mewah, untuk lebih jelasnya silahkan datang, cek TKP istilah kerennya, hubungi direksi utamanya Rini, cari di google maps khawatir nyasar

      Ya nyonya Bagus berhak mendapatkan kebahagiaan, setelah mengirbankan cintanya dan bersabar menjalani rumah tangganya yg jauh dari kt2 romantis

      Tuan Bagus, bisa memahami cerita lama kisah asmara yg tak terwujud antara Maya dan Andrian, tak ada yg salah dg masa lalu

      hehe, sabar itu pahit tapi buah sabar itu manis

      semoga bisa diambil hikmahnya

      terima kasih salam

      Hapus
  3. Akhirnya endingnya bahagia, tapi kasihan juga Andrian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Andrian akan mendapatkan kebahagiaan
      karena bahagia hak setiap orang termasuk seorang Andrian haha

      Hapus
    2. dan yang pasti Tuhan sudah merencanakan kebahagiaan untuk Andrian....mereun

      Hapus
  4. Iya nih tulisannya seabrek, tapi baguslah 2x tayang udah tamat, daripada kayak cerbungnya mas satrio yang 3x puasa 3x lebaran gk kelar2, haha..

    Ok kembali ke cerita..
    Hm jadi Pak Bagus awalnya kaku, otoriter, juga diktator kali ya, tapi saya rasa dia begitu karena terlalu cinta kali, takut si maya-nya di gondol wong, hehe..
    Tapi kalau dilihat dari sisi hukum agama sih ya bener Pak Bagus, karena wanita yang sudah menikah memang dilarang pecicilan diluar rumah agar terhindar dari fitnah. Tapi apa boleh buat.. ini kan akhir zaman, jadi kalau gk gaul ya gk asik, haha..

    Iya deh selamat buat Pak Bagus dan Bu Bagus, moga langgeng sampe ajal memisahkan, aamiin..
    Dan si andrian itu.. Mungkin dia memang cuma ingin memastikan aja, dan ternyata benar bahwa sampai saat itu rekornya belum pecah. Entah rekor apa'an..

    Btw peran saya kok dikit amat? masa' cuma nanya mas Jaey doang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih pak untuk pecerahannya, ya semoga nyonya Bagus nggk pecicilan

      Peran sedikit, begini .. pengennya sih di episode ini panjang di acara reuniannya, berhubung nyonya Bagus patuh pada suami dan menghindari kejahilan dari Emde dan Andrian, ya gitu deh yang penting ada aja namanya di situ, tau sendirikan Emde dan Andrian orangnya heboh

      hehe

      Hapus
  5. Akhirnya keluarga may' bisa mendapatkan kebahagiaan. Semoga bisa terus langgeng sampai kakek nenek..!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya begitulah akhir dari cerita ini
      semoga saja
      saya juga turut mendoakan

      Hapus
  6. Ending yang bagus, syukurlah... saya suka sedih dan terbawa mimpi kalau membaca cerita yang endingnya menyayat hati, hehe... happy ending and keep writing...

    BalasHapus
    Balasan
    1. drama kehidupan sudah banyak menguras air mata
      dibikin bahagia aja mang haha

      Hapus
  7. happy ending nih! Congratulation!

    BalasHapus
  8. Haahaaa!! sudah kebaca sama insting gw jalan ceritanya.. sebenarnya yang kedua gw pengen bikin cerita itu persi gw sendiri cuma belum dapat waktu yang tepat buat nulis2 cerpen lagi..haahaa!!!

    Ini sang pengarang cerita nurutin perasaan hatinya buatnya nih haahaaa!!! tapi berhubung Fiksi Noproblemlah..

    SiBagus dibilang kaku & otoriter bukan kebalikannya tuh!! haahaa!!! kalau dalam kehidupan nyata type siBagus boleh dikatakan semi romantis donk!! justru sang Maya lah yang terobsebsi sama dilema antara cinta awal sekolah yang terkubur dengan ego & pesimistis..meski itu hal wajar bagi seorang wanita..tapikan perasaan nggak bisa dibohongi..oohh!!! Andrian Botak akhirnya.... cuma air mata jadi saksi 10 tahun yang lalu haahaaaa!!! ... coba ceritanya dipanjangin jenk Maya sampai 5 episode bagus banget malah tuh.. yaa!! CLBK ceritanya haahaa!!! sip deh..

    Oiya Honor jangan Lupa Biarin Chepe ceng juga boleh..????

    BalasHapus
    Balasan
    1. pengen sih mendramatisir fiksi ini, lihat aja bagian akhirnya maksa di eksekusi hehe
      weh soal honor nggk ada hitam di atas putihkan? haha
      ya udah bikin sesi lanjutannya deh pindah tangan gue serahin ke satria

      Hapus
    2. Udah mbak jangan biarin dia bikin sesi2an, ntar bisa sampe tahun depan nggak tamat2, emang mbak nggak trauma apa sama cerbung terakhirnya yang berjudul tersanjung, eh maksud saya "sebening embun" itu? hahaha..!

      Hapus
    3. Soalnya Satria suka banget sama rumah yang gimana gitu haha,
      ya bener sebening embun, blm dibayar honor nih haha

      Hapus
  9. Nice ending!
    Tapi kok permainan emosinya kurang ya?

    Ditunggu cerita terbarunya

    BalasHapus
    Balasan
    1. cerita ini memang tidak untuk menguras energi
      santai dan ambil hikmahnya sist

      Hapus
  10. Been waiting for this hihih, Happy Ending. Jadi penasaran sama kisah asmara-nya Adrian deh. Hihih. Ini cerita non-fiksi ya, Mbak? Kisah nyata?:3

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks for reading,
      yes between fiction n reality ops.,
      sorry joke hehe ...

      Hapus
  11. endingnya mantap banget mbak,kayak sinetron

    moga selalu bahagia dengan mas bagus

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe
      thanks
      aamiin, saya juga ikut doakan untuk kebahagiaan mereka

      Hapus
    2. gak nyangka, ternyata mas Yanto suka nonton sinetron juga, hihi...

      Hapus
    3. nama yang bagus Insyaallah Bagus juga menjalani 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun, hingga akhir hayat, cinta dan sayangnya selalu bagus tak pernah padam justru semakin dalem...dong

      Hapus
  12. Kisah yang mengharukan, begitu romantis.
    Akhirnya mendapatkan kebahagiaan juga. Nama tempat yang buat reuni aja 'Rindu'.

    Ini masih akan adakah kelanjutanya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. begitu ya, emang harus sabar
      hehe
      cape deh! udah ah the end wae

      Hapus
  13. Aku ingin membelokkan ceritanya pas di akhir percikan mbak. Biar si Andrian hepi

    BalasHapus
    Balasan
    1. silahkan mbak, Maya di sini tipe yang berusaha sabar dan setia

      Hapus
  14. Huwah cerber bikin penasaran ampe ngebut bacanya, Rose belum bisa buat pos jadi ngiri

    BalasHapus

Terima kasih untuk kehadirannya di blog Maya salam hangat dan persahabatan selalu