Puisi Celotehku Pada Kabut Rindu Yang Membisu adalah judul dua puisi karyaku hari ini.
Kabut adalah tetesan air yang menggumpal lembut menggantung di udara. Warnanya tampak abu-abu bagai awan. Terlihat menyelubungi bumi mampu membuat samar pandangan mata.
Kabut dapat disentuh meski sulit dirasakan, tapi meninggalkan lembab pada helai dedaunan, sedang awan tak tersentuh karena letaknya yang lebih tinggi dari pada kabut.
Hampir di setiap senja dan pagi aku melihat kabut apalagi bila musim dingin tiba seperti sekarang ini. Kabut menginspirasiku menulis puisi celotehku pada kabut rindu yang membisu.
Seperti kemarin Di pagi yang dingin Kau datang menirai pandangan Aku ingin kau pergi bersama angin Tapi, kau membeku mencengkram embun
Pagi kau datang lagi Bersama kabut yang setia mendampingi Mengabu di udara menunggu sang mentari Dan aku menanti kau menyibak pergi
Puisi celotehku kemarin dan hari ini Bukan membenci kabut pagi Bukan tak ingin kau temani Rindu ini semakin meninggi Padamu si mata elang yang datang menguntai mimpi Kabut mengapa tak kau bawa ia kembali?
Luruhku di sudut pagi Kaupun pergi bersama senda sang pagi Ketika kabut hilang mengejar hari Aku tak beranjak menantimu di sini
Puisi celotehku senja ini Kabut datang kembali menutup hari Tak mampu membawamu kembali Si mata elang tak mungkin datang lagi Kini kabut sepi yang aku dapati
Berapa musim lagi harus kutapaki perih Langkah kaki ini tak akan pernah letih Menguntai kata pada kabut rindu yang membisu Ku hanyut dalam sepi yang kuciptakan sendiri
Andai harus seribu musim kulewati Atau malam yang panjang harus kujelajahi Agar kabut rindu yang membisu tersenyum kembali Meski dalam kesakitan kuterbaring berselimut sepi Aku tidak akan pernah perduli
Tak pernah aku takut tertikam nyeri uluku Kupahatkan disetiap sudut-sudut hati tentang rindu yang menunggu Biarkan aku menjuntai disetiap lembar mimpi-mimpi malamku Dan aku rela terjaga pada hamparan cerita semu Demi kutemui satu senyum pada kabut rindu yang membisu
Belantara rimba cinta ini kian sepi Hanya samar yang kerap hadir menyambangi Di balik kabut itu kau bersembunyi Menatapku penuh misteri Sesaat awan hitam di siang hari menutupi Kaupun berpaling menyimpan cerita di peti rindu yang kau kunci
Desah angin menoreh lirih Gulana mega mendung menagih rasa rindu yang kian perih Tetesan air hujan pun jatuh bak merintih Kini musim berlalu dibawa waktu yang beralih Pergi menjauh tak berdalih Menyisakan rindu pada kabut rindu yang membisu
Dua puisi terangkai sudah sambil menyeruput kopi di sore hari, tampak cakrawala tertutup kabut yang membisu. Ingin memandang senja yang indah, tapi hari ini tak kunjung datang kabut tak juga beranjak pergi.
Masih ada harapku di malam ini bintang berkelip memberi cahaya kala gulita menutup semesta.
Bagaimana sahabat mayaku? Puisi yang terinspirasi dari kabut ini indah ya .... Kedua puisi kini menambah koleksi puisi di blog sederhana, yaitu blog jelmayatiasa.blogspot.com. Silahkan baca juga puisi yang lainnya di blog ini. Berpuisilah kamu pasti bisa walau hanya satu bait saja. Percayalah! Dan tetap semangat! Terima kasih.
Puisi maya : Puisi celotehku pada kabut rindu yang membisu
Oh kabut.... kau telah menjadi penghalang hati dan mataku,
BalasHapusOh kabut.., ternyata beda memaknai.
Desah angin menoreh lirih
Pirih menahan rindu,
Wis intinya rindu dan rindu gitu sajalah. Rindu yang tidak terbalaskan. :)
hehe ....
HapusSalah memaknai kabut ternyata kabutnya nggk peka
Kirimkanlah salam untuknya lewat angin malam puas rinduku..
BalasHapusmimpi kan lah daku didalam tidur..😂😂😂😂
angin biasanya salah alamat
Hapusbisa lewat email aja biar nggk nyasar
hehe ...
tiap mampir kesini pasti kebagian post yang puisi, emg jago nh tante maya :D buat puisi .. :D
BalasHapusterima kasih
HapusSudah mau mampir
Blog ini blog gado gado hehe
Kenapa ya, kok puisinya mba maya bagus" :D
BalasHapusterima kasih sudah memuji
HapusSemoga bisa lebih bagus lagi 😀