Jumat, 06 April 2018

Ksatriaku dan Secangkir Kopi

27 comments

Judul : Ksatriaku dan Secangkir Kopi

Oleh : Admin Jejak Maya

Kau tahu aku sering menyebutmu dengan sebutan yang cukup fenomenal itu menurut teman-temanku. Ya, ku panggil engkau ksatria. Aku punya banyak alasan mengapa kau ku panggil ksatria.

"Kau ini amat berlebihan," sekali waktu saat kau ku panggil ksatria.

"Apa yang berlebihan?" Aku pura-pura tak mengerti dengan apa yang engkau bicarakan. Aku loh selalu ingin memancing obrolan panjang meski sebenarnya tak kau jelaskan pun aku tahu persis apa yang engkau maksudkan. Aku sempat menyungging senyuman sekedar ingin menggodamu di waktu senja itu.

"Ah sudahlah kau selalu begitu," Begitulah respon balik yang kerap aku terima darimu. Sebenarnya aku tahu engkau merasa malu setiap kali ku panggil ksatria.

"Hei, ... wajah mu memerah, ... hem kau sakit?" Dengan tatapan khawatir yang aku rekayasa sekedar ingin menghilangkan ketidaknyamanan yang kulihat dari mu.

"Tidak, aku tidak sakit, ... ayolah buatkan aku secangkir kopi!" Kau masih menundukkan wajahmu seakan ingin menyembunyikan seluruh wajahmu dari tatapan mataku.

"Ok, kau ksatriaku dan secangkir kopi, ... hehe, kutambahkan julukan untukmu."

Kita menikmati senja itu dengan sambil menghirup aroma dari secangkir kopi hitam berdua. Senja memang indah dengan rona jingganya menghias langit menyimpan cerita disetiap harinya. Kita seakan tak ingin terlewatkan menatap rona jingga yang sesaat yang kemudian hadirkan gelap. Andai saja bisa ingin rasanya ku tahan sejenak waktu senja agar kita puas bermandikan ronanya yang mempesona. Tapi tidak mungkin karena sang waktu berdetak selalu sama hari ini juga kemarin juga esok tak dilebihkan maupun dikurangi, kau pernah berkata begitu.

Disetiap senja yang kita lewati bersama banyak harapan yang kita bincangkan. Bahkan kau katakan kau akan selalu menikmati senja bersamaku ditemani celoteh si kecil yang duduk dipankuanmu. Kita seakan tak mungkin untuk dipisahkan selalu saja ingin bersama. "Ksatriaku, jangan tinggalkan aku, rasanya aku lemah tanpamu," disela-sela perbincangan senja seringnya aku memohon padamu.

"Hai, apa yang kau katakan, ... aku tak akan meninggalkamu kecuali maut yang memisahkan kita, kau harus percaya itu," katamu sambil memeluk erat bahuku.

Ternyata kita tidak perlu maut yang memisahkan. Hingga kesalahpahaman di senja itu pun terjadi. Kau memilih diam seribu bahasa dan tak ada lagi ucap mesra, yang lebih menyakitiku kau memilih orang lain membuatkan secangkir kopi untukmu pada senja-senja berikutnya.

Entah sudah berapakali aku menyeduh kopi untukmu dan hanya kau biarkan dingin begitu saja, jangankan kau sesap kopi terbaik racikan tanganku, yang ada bahkan kau biarkan basi tak tersentuh. Aku sempat kecewa dengan perlakuanmu, tapi aku bukanlah bunga yang terpetik dan layu. Aku punya kehidupan yang layak kujalani. Aku punya impian indah disetiap jejak langkahku. Aku punya harapan yang membakar semangatku. Tidak akan aku membuang waktuku hanya karena ksatria sepertimu. Plin plan, tak punya pendirian manisnya hanya sebatas kata-kata, hem kau bukan tipe ksatria yang ada dalam pemikiranku selama ini ternyata.

Jalanku masih panjang. Pergilah! Engkau ksatriaku dan kopi hitam, kelak akan kau lihat siapa yang telah engkau tinggalkan.

Kini ksatriaku dan secangkir kopi itu tak ada lagi dalam tatapan mataku. Tidak juga ada lagi dalam merahnya hatiku apalagi dalam harini-ku.

Sejak kepergianmu aku tak lagi menatap senja. Tiba-tiba saja aku merasa bosan menatap senja. Akupun sudah muak dengan indahmya senja. Bahkan aku sangat ingin mengutuk senja agar senja sadar bahwa aku tak lagi menyukai senja dan aku bukan lagi pengagum senja. Aku membenci senja, karena kini aku sadar selama ini aku telah dibutakan oleh senja padahal masih banyak pesona lain yang layak kukagumi, ah sudahlah! Biarkan ksatriaku dan secangkir kopi mengurung diri dalam rumah pilihan hatinya aku tak ingin pusing dibuatnya.


Ksatriaku dan Secangkir Kopi


Ide cerita komentar teman blog dan penulis buku Sajak Asmara

Sama halnya dengan Satria Salju kami diperkenalkan lewat blog ponsel mywapblog. Sejak berakhir layanan karena pemilik mywapblog memutuskan untuk menutup layanannya kemudian kami hijrah ke blogger milik google sampai saat ini.

Kalau admin jejak maya hanyalah penulis amatir sebatas hiburan saja beda dengan Kang Djcka Artub, beliau adalah penulis profesional dan sudah menghasilkan karya tulis salah satu buku yang admin tahu yaitu yang berjudul Sajak Asmara. Menurut informasi sudah lebih dari satu buku karya beliau yang sudah berhasil diterbitkan untuk lebih jelasnya silahkan kontak beliau langsung ya.

Tulisan-tulisan yang dimuat di blognya pun sangat luar biasa enak dibaca bahkan kita bisa menemukan unsur-unsur pendidikan yang tersembunyi berkat kepiawaiannya mengolah kata-kata. Hem, ... penasaran? Cek blognya! Orangnya sangat respon untuk setiap kunjungan di blog yang beliau kelola terutama yang meninggalkan jejak di kolom komentar pada blognya tersebut. Nggak percaya? Coba aja.

Ok, terima kasih sudah hadir dan membaca, lain kali kita sambung lagi. Siapa yang akan terciduk untuk postingan berikutnya? Kita tunggu saja, wassallam.

Genre fiksi : Ksatriaku dan Secangkir Kopi

If You Enjoyed This, Take 5 Seconds To Share It

27 komentar:

  1. Hampir kayak monolog dibandingkan cerpen atau saya yang salah mengartikannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena percakapan dua orangnya hanya sedikit dan ada bagian yang menceritakan juga

      Hapus
  2. menarik... kira-kira sipendamping ksatria dan pembuat secangkir kopi sudah menemukan ksatrianya belum ya? atau dengan kebosanannya pada senja, ia sudah tidak peduli lagi?? hmm..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin tetap mencari kan masih banyak pesona lain selain senja haha ... ini fiksi sayang

      Hapus
  3. dah lama juga saya tidak minum kopi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tak masalah masih banyak minuman hangat yang lebih nikmat, wedang jahe misalnya bro Hanafi

      Hapus
    2. waduh kalau wedang jahe itu kesukaan saya mba maya, apalagi kalau di jogja ini... hampir tiap minggu setiap malam minggu minumnya itu, kalau gak pas kumpul bersama dengan teman teman yaaa gitu dah

      Hapus
    3. wah..wedang jahe pasti best kan..

      ini pun baru pertama kali saya dengar

      Hapus
  4. Nahlooo!!!...? 😱😱 Lalu beda Satria & Ksatria apa...?? Yaa!! Bedalah...Haaahaaa!! PA 😂😂


    Mungkinkah ksatria tidak suka kopi, jadi biar bergelas-gelas ia tetap galau..😱😱😳😳

    Mungkinkah segelas kopi bisa membuat suasana sepi, hening tanpa kata..

    Mungkin juga perlu penyemangat lagu seperti dibawah ini...😱

    Bangkitlah wahai Satriaku sembuhlah sayang....Deritamu deritaku
    sembuhlah sayang....😂😂

    Heemm!! Fiksi yang menarik meski ksatria hanya inginkan hening yang berkepanjangan.....😮😮😮

    BalasHapus
  5. Cerita cinta dalam bentuk berbeda, hehe.

    BalasHapus
  6. ngenes ceritanya
    kenapa dia memilih orang yang yang membuatkan kopi pada senja hari, apa dia ada masalah ya

    tak tahu juga
    sruput saja kopinya biar badan menjadi hangat dan mata melek

    BalasHapus
  7. wah saya sudah lama sekali tidak ngopi dan tidak merokok hampir 7 tahunan lamanya

    BalasHapus
  8. Kreatif bngat, idenya dari komentar.

    BalasHapus
  9. Saya ga ngopi dan sudah lama sekali tidak menyentuh kopi

    BalasHapus
  10. Ya sudah ksatrianya digantikan oleh diriku saja. Dan kopi itu akan saya sruput sampai habis. Tidak akan saya biarkan dingin begitu saja.
    Kang Atub arek tuban, saya mengenalnya.

    BalasHapus
  11. Terkadang kita butuh mengutuk senja, dengan alasan tertentu, tapi jangan terlalu lama yaa karena esok hari kita masih membutuhkannya...

    BalasHapus
  12. Bagus cerita ungkapan hatinya ini.
    Simpel tapi punya arti yang dalam.

    BalasHapus
  13. Keren nih, Teh. Nemenin diwaktu siangku, ngomongin soal ngopi aku sendiri udah lama nggak minum kopi. Udah tiga harian ini minum coklat anget terus..hehe

    Oh, ya, Teh. Btw, kalau boleh saran, next gambarnya di perbesara aja coba, biar terlihat bagus, terus di taro posisi tengah :)

    Ide cerita memang banyak banget berkeliarang di sekeliling kita ya, Teh. Asal kita peka pasti banyak ide yang did apat, terkadang malah bingung nulis yang mana dulu ya..hehe

    BalasHapus
  14. Hmm ...

    Begitulah cinta, deritanya tiada pernah berakir hehe ...

    Yah, mungkin ada benarnya juga kata para pujangga cinta "cintailah cinta dan bencilah dia sewajarnya saja" (kurang lebihnya spt itu)

    Jadi ya, biar kecewa dan pedihnya tidak teramat sangat kalo sampai waktu yg tak di harapkan itu tiba

    BalasHapus
  15. nah loh.. mas Satria Salju di bahas lagi.. ada apa dengan kalain?^^
    #EH

    BalasHapus
  16. Ya, kesalah-pahaman terkadang sesuka hati mendahului maut untuk memisahkan dua hati yang telah menyatu. Namun, terpisah karena kesalah-pahaman masih punya kesempatan untuk kembali menikmati senja bersama secangkir kopi hitam. Kecuali jika telah ada secangkir kopi racikan dari tangan lain.

    Kreatif. Komentar bisa menjadi ide menulis.
    Top markotop. 👍👍👍👍

    BalasHapus
  17. Jadi keinget nih pingin minum kopi XD.

    Tapi kok ceritanya sedih gini, baper aku huhu. Jangan benci senja :(.

    BalasHapus
  18. dulu masa exam, tiap2 hari minum kopi sebab nak stay up. sampai satu tahap, saya mesti study dengan kopi di sebelah. tapi sekarang tak boleh buat macam tu. bahaya. musnah diet hahahahaha

    BalasHapus
  19. Weehhh...jadi pengen ngopi nih. Diiringi dengan sepiring pisang goreng, singkong goreng, dan ubi rebus. Saya rasa kesatria itu akan kekenyangan...hehehe

    BalasHapus
  20. Wahai senja, maafkan aku bila sesekali mengutukmu, bukan aku membencimu, tapi semata-mata penggambaran suasana hatiku yang tidak bisa kusembunyikan, sehingga engkau yang jadi sasaran atas kekecewaanku..

    BalasHapus
  21. mantap-mantap sudah layak menerbitkan buku, rangkaian kata-katanya itu loh, coba kalau lagi kasmaran..pasti indah tuh tulisannya he...senja saja mau dikutuk he..

    BalasHapus

Terima kasih untuk kehadirannya di blog Maya salam hangat dan persahabatan selalu