"Terkadang kita butuh mengutuk senja, dengan alasan tertentu, tapi jangan terlalu lama yaa karena esok hari kita masih membutuhkannya ..." Ucap Gunawan sambil menatap jauh ke depan. Dihadapannya langit jingga keemasan perlahan meredup seakan awan hitam enggan bergerak tak rela menghadirkan gelap mengakhiri tugas sang matahari. Seakan awan pun tak ingin kehilangan indahnya senja yang menghias langitnya. Tampak sepasang mata menikmati senja keemasan yang terhampar memanjakan mata.
"Aku mengutuk senja yang kemarin saja kok, ... mana mungkin aku mengutuk senja berikutnya." Sedikit merajuk Dinda membelalakkan matanya menatap Kakaknya yang tak jua mengalihkan pandangan dari rona senja yang segera berakhir.
"Ya, ... harusnya memang begitu karena senja hari ini lebih indah dari senja yang kemarin."
"Senja yang kemarin juga indah Lanceuk, hanya saja perasaanku yang sedang kesal."
"Oho, adi salah alamat tuh, ... perasaan sedang kesal mengapa senja yang menjadi sasaran?"
"Biarin! Suka-suka Dinda, Lanceuk kok ngatur-ngatur gitu sih!",
"Hem, perasaannya masih kesal ya? Tuh, masih marah-marah saja, nanti cepet keriput loh." Gunawan menggoda adiknya yang masih terus menampakkan wajah kesalnya. "Kemarin perasaan kesal membenci senja, lah sekarang perasaan kesal, kok tidak membenci senja, ... hehe ..." Lanjut kakaknya Dinda kali ini Gunawan duduk disamping adiknya sambil membuka tutup botol air mineral dan langsung meneguknya beberapa tegukan. "Minum dulu biar kesalnya hilang, hatinya jadi adem, nih ....! Gunawan menyodorkan botol mineral untuk Dinda adiknya.
Gunawan mengambil dodol Garut dari dalam tas ransel yang tergeletak di sisi kanan Dinda tepat diantara keduanya.
"Senja akan selalu ada dan tepat waktu dik, supaya kesibukan di dunia sempat beristirahat, mengumpulkan energi untuk aktifitas esok hari, ... betul begitu Dinda yang suka ngambek, hehe ....? Tuh cobain dodol oleh-oleh dari pak Hernawan ...!"
Pak Hernawan adalah pemilik kambing-kambing yang digembalakan Gunawan.
Gunawan memperhatikan Dinda yang terus memandang kaki langit yang merona jingga keemasan, sambil meneguk air mineral dengan perlahan. Rasa segar menjalari kerongkongannya. Sementara matahari kian tertutup awan. Tampak Gunawan melepaskan tali tambang yang ditambatkan di pohon nangka. Lima ekor kambing yang sedang digembalakan oleh kakak beradik ini gemuk-gemuk, tentu saja tidak hanya gemuk, tapi juga sehat karena kedua kakak adik ini merawatnya dengan kesungguhan layaknya hewan piaraan mereka sendiri.
Pak Hernawan juga sayang pada Dinda juga kakanya. Dinda masih bisa melanjutkan sekolah sampai menengah atas dan sebentar lagi akan mengikuti ujian akhir sekolah atas biaya dari pak Hernawan. Pak Hernawan berjanji pada kedua orang tua Dinda dan Gunawan akan merawat dan membiayai pendidikan mereka hingga perguruan tinggi sekalipun. Sayangnya Gunawan tidak ingin melanjutkan ke perguruan tinggi karena tidak ingin membebani pak Hernawan, tapi ia ingin agar Dinda bisa lanjut kepergguruan tinggi. Itu juga yang menyebabkan Gunawan memilih bekerja sebagai cleaning service di Rumah Bersalin yang ada di daerah tempat ia tinggal. Kemarin ia terlambat pulang karena teman kerja aplusnya izin tidak masuk kerja. Sehingga Gunawan terpaksa menggantikan tugas temannya di sore harinya.
Senja kian tenggelam saatnya mereka pulang dan membawa kambing-kambingnya ke kandang.
"Ayo Dinda, sebentar lagi senja benar-benar tenggelam, kita harus segera pulang!"
Dinda menyandang tas ranselnya mengikuti langkah kakaknya dari belakang.
"Senang lihat adikku tidak cemberut lagi." Gunawan menengok kebelakang dia lihat sang adik tampak sudah tak marah lagi.
Dinda hanya diam saja tak begitu ingin merespon kata-kata kakaknya. Dalam hati Dinda memuji kakaknya yang selalu sabar menghadapi kemanjaan maupun kenakalan dirinya. Dinda tahu betul kakaknya sangat sayang padanya. Tugasnya menggembala kambing hingga senja berakhir kemarin seorang diri sebenar terpaksa dibebankan padanya karena sang kakak sedang ada pekerjaan sehingga terlambat pulang.
Meskipun kambing-kambing piaraannya tidak akan membuat repot Dinda dan tempat padang rumput yang biasa mereka gunakan ngangon kambing tidak jauh dari rumah mereka Gunawan sangat tahu Dinda akan kesal dan sebenarnya tidak tega membiarkan Dinda menggembala kambing seorang diri kemarin, tapi persediaan pakan sedang habis karena Gunawan tak sempat ngarit sebelum berangkat kerja.
Gunawan meminta tolong Dinda lewat SMS, "Dinda, pulang sekolah jangan lupa shalat dan makan, kakak minta tolong bawalah kambing kita ke padang rumput tempat biasa kakak membawanya, ... ya, maaf kakak terlambat pulang."
"Yah, ... kok Dinda sih?"
"Nanti kalau sudah selesai kakak langsung kesana ya, kakak janji." Balasan SMS dari Gunawan pada adiknya.
Dinda kesal dengan tugas ini meskipun Dinda pernah menggembalakan kambing, tapi tidak pernah sendirian selalu bersama kakaknya Gunawan. Dinda biasanya hanya ikut saja dan menghabiskan waktunya untuk membaca buku atau mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Bagaimanapun enggannya Dinda dengan pekerjaan ini, demi rasa hormat dan sayangnya pada sang kakak dikerjakannya juga, yang membuat Dinda tambah kesal kakaknya datang setelah senja benar-benar berakhir. Tak urung kekesalannya dia lontarkan begitu saja, "aku benci dan mengutuk senja, senja yang menyebalkan!" Rutuk Dinda dalam hati.
"Maaf ya adi, kakak telat, pasti bete sendirian ya...?" Gunawan segera memasukkan kambing-kambing ke kandang. Gunawan tiba di depan rumah tepat bersamaan Dinda juga sampai di rumah dengan hewan gembalaannya.
"Aku benci senja!"
"Loh, kenapa?"
"Sudahlah ak!"
Kekesalan di senja kemarin. Dinda kesal pada senja, dia ingin senja tidak cepat berakhir agar kakaknya tidak terlambat datang.
Halo, bosan dengan fiksi jejak maya? Semoga tidak ya. Kali ini imajenasiku menari pada dua orang kakak beradik. Maksudku ada kakak beradik dalam cerita ini muncul begitu saja dalam benakku setelah membaca komentar dari admin blog Saung Maman dipostinganku sebelum ini. Aku sangat yakin kalian mengenalnya, karena beliau seorang blogger senior dan rajin merespon setiap komentar juga kunjungan di blognya. Pasti sudah tahu dong siapa beliau.
Hem, sudah menebak ya, nah untuk yang masih penasaran dengan pemilik blog saung maman ini silahkan kunjungi rumah keduanya yaitu : saungmaman.com.
Dipostinganku sebelum cerita ini ada seorang teman blog beliau pemilik blog diarymahasiswa.com namanya Andi Nugraha tentunya juga sudah tak asing lagi dengan bloger satu ini, buat yang belum tahu silahkan berkunjung ke buku diary beliau, kamu akan disambut dengan penuh keakraban dan jangan kaget kalau komentar diblognya ramai, kok bisa ya? Mungkin kamu akan menemukan jawabannya setelah berkunjung sendiri ke blognya.
Beliau bilang begini dipostinganku sebelum ini :
"Keren nih, Teh. Nemenin diwaktu siangku, ngomongin soal ngopi aku sendiri udah lama nggak minum kopi. Udah tiga harian ini minum coklat anget terus..hehe
Oh, ya, Teh. Btw, kalau boleh saran, next gambarnya di perbesar aja coba, biar terlihat bagus, terus di taro posisi tengah :)
Ide cerita memang banyak banget berkeliarang di sekeliling kita ya, Teh. Asal kita peka pasti banyak ide yang did apat, terkadang malah bingung nulis yang mana dulu ya..hehe."
Sekarang aku ikuti sarannya dan dalam kesempatan ini juga aku ucapkan banyak terima kasih untuk sarannya, semoga berkah ya .... 😀🙏🏻
Baiklah terima kasih untuk responnya ceritaku boleh jadi tidak menarik dan jauh dari unik. Tapi, imajenasiku tak mampu berkutik kala jemariku mulai terusik. Jadilah rangkaian aksara tanpa makna, biarlah tak mengapa karena hanya ini yang kubisa. Wassallam.
Sebenarnya aku ingin segera menutup postingan ini, tapi sepertinya kara-kata ini cukup manis sebagai penutupnya :
Tak ada yang salah dengan senja Emosi hanyalah luapan rasa saja Sesaat hati melembut Maafpun terjemput
Fiksi : Senja Akan Selalu Ada dan Tepat Waktu. @@@
Dari komentar kang maman tentang senja bisa berakhir jd fiksi.
BalasHapusItulah salah satu kelebihan mbak maya. Kreatif..
HapusAwalnya mau pakai nama Maman Achman, tapi nggak berani, ... senior takut kualat hehe ...
HapusDuh.. mbak maya bisa aja bikin saya happy..hehe..
BalasHapusTerimakasih banyak, yaa… postingan nya keren bangeett. Ada foto sayapun, ihh jadi maluu…
Tapi biar bagaimanapun saya kasih 2 jempol untuk cerita fiksinya,
makin kreatif makin inspiratif.
Semoga happy dan sehat selalu buat mang Maman, aamiin
Hapusfotonya sudah terlanjur tersimpan mang jd di uplaud aja sekalian
Ya ini hanya sekedar pelepas lelah, kalau ada nilai positifnya alhamdulillah dan harapan kedepannya semoga menuai banyak kebaikan untuk sesama
aamiin
salah fokus sama kumisnya bang maman.. :D
Hapusitu tuh yg bikin cewek2 kepincut.. ^^
Dari komentar yg sang senior bisa jadi cerita fiksi yang menarik. Mbak maya luar biasaa :)
BalasHapusCuma menyalurkan hobby saja, semoga terhibur ya hehe
HapusJika saja dunia blogging diisi oleh orang-orang seperti Mbak Maya, tentu tidak akan pernah muncul para pelaku copas dalam cerita blogger.
BalasHapusBTW, kok setiap BW dan komen selalu berada persis di bawah Anggun Josie Pasemawati yaa ☝️🤔😁😁😁
yah kalau saja admin jejak maya punya keahlian yang lebih baik sangat ingin membagikannya di blog ini, sayangnya tidak ada hehe
HapusNah lo, ada apakah gerangan? Hehe... positif thinking aja ya
senang dengan kehadiran kalian semua
terima kasih
kaget pas liat foto mang maman tp tulisannya gunawan hahaha
BalasHapusItu dia masalahnya, karena komentar sang senior jadi nggak berani pakai foto yang lain
Hapuskalau masalah nama, nggak berani takut kualat hehe
wah kirain karangan maman ternyata karangan admin sendiri, kreatif banget
BalasHapusTerima kasih
HapusMencoba bermain dengan imajenasi setelah membaca komentar sang senior
dari blog terbitlah buku, menarik untuk di kertaskan mba
BalasHapussangat ingin
Hapussudah pernah mencoba
tapi saya tipe yang takut kecewa untuk yang kesekian lagi hehe
Keren nih kak Maya..., dari bahan obrolan bisa jadi ide cerita menarik disimak sampai bawah.
BalasHapusterima kasih
Hapussemoga terhibur
Hidup ini penuh rasa, apa yang kita benci hari ini, bisa jadi suatu saat kita sukai. Atau mungkin sebaliknya.
BalasHapusJadi ingat sewaktu kecil suka menggembala, pulangnya pasti menjelang maghrib.
Kalau ngeblog dengan hape memang tidak leluasa, apalagi untuk mengatur tata letak gambar terasa sulit. Paling enak ya menambahkan kode css body img, otomatis nanti ukurang dan tempatnya akan mengikuti dengan sendirinya.
betul, nano nano rasaya
Hapussetiap rasa punya keistimewaannya masing-masing, jadi nikmati dan syukuri
saya malah belum pernah ngangon kambing, kalau lihat ya sering waktu kecil
kosa kata seorang ahli sastrawan penyair nih he,,,, saya nyimak membaca dan menikmati setiap alunan kata
BalasHapusSaya jadi ingat sama Mas Andi Nugraha waktu jalan bareng di Candi Sambisari...
BalasHapussaya suka senja, dan selalu merenunginya. Seno Gumira Adjidarma juga sering sekali menulis senja di cerpen-cerpennya. senja memang senja hehe
BalasHapusmenariknya juga
BalasHapusyang penting menulis, itu sudah ada point untuk blog ini
daripada vakum, tar dibenci google malahan meskipun tidak sampai terhapus
keren sekali, Mbak..sukaak...
BalasHapusIh ceritanya sekarang saling ngobrolin blogger yah
BalasHapussaya suka senja..
BalasHapussebab nak solat maghrib.
selepas itu Isyak..
kira boleh tidur untuk menikmati hari esok
senja... mengucapkan selamat tinggal kepada siang dan selamat datang kepada malam ;-)
BalasHapusSenja setiap hari ada
BalasHapusKarena itu warna dunia
Dan waktunya selalu sama
Selalu indah sebab aku suka
Dari manapun ide itu selalu ada untuk dituliskan. Terlebih dari hal spele yang nggak semua orang itu bisa memanfaatkannya. Ngomongin senja saya sangat suka, Teh. Soalnya dengan senja aku bisa berekpresi mengabadikan wajah. Dan itu nggak ngebosenin sama sekali.
BalasHapusHampir setiap hari biasanya selalu ke lantai 3 di kost setiap menjelang sore, tujuannya hanya untuk melihat senja. Adzan berkumandang turun..he
Saking sukanya sama senja, sempat nama facebook jadi "Senja Sore". Dan salah satu kaos yang saya buat dibelakang tertera tulisan senja sore..hehe
Rasanya suka gitu sama senja.
Terus berkarya sis semoga suatu hari nanti bisa jadi buku atau novel
BalasHapusBerkunjung lagi kemari, tapi di pagi hari, bukan saat senja...
BalasHapusgk bosen bacanya mas. justru kata-katanya indah dan harus dilanjutin nih mas. cerita si dinda dan gunawan
BalasHapusSenja mengapa engkau selalu datang disore hari?
BalasHapusCoba engkau datang di pagi hari pasti lebih menginspirasi?
Inspirasi yang lebih lengkap bila ditemani secangkir kopi?
Begitulah kiranya Teh
Hehehe
coblos kumisnya
BalasHapusIndahnya persaudaraan kakak beradik ini, kakaknya sayang sama adiknya begitu juga sang adik yg begitu hormat dan sayang sama kakaknya ... Sempurna ...
BalasHapusInilah kenapa dinamakan Jejak Maya, ini artinya kita juga harus mengikuti (jejak) kreativitas yang diciptakan oleh mba Maya yang super kreatif membuat postingan dari komentar bloger.... Kira-kira komentar saya yang ngasal ini, dijadiin postingan gak yaa
BalasHapusInspirasi yang tak pernah mati.
BalasHapusKeren. Satu bait kalimat dapat dijadikan cerita fiksi yang panjang.
Ah, senja ....
Setiap aku membaca kisah tentang senja,...
Ah, sudah lah. Hehe
keren tulisannya "Senja kian tenggelam saatnya mereka pulang dan membawa kambing-kambingnya ke kandang." saya sangat suka
BalasHapus