"Aisyah, besok mak akan pergi ke rumah uwak, Aisyah bisa bantu mak buat gorengan selama beberapa hari!"
"Iya mak, Aisyah bisa mak ..., Aisyah selalu perhatikan kalau sedang membantu mak membuat gorengan untuk di jual."
"Nah! Ahmad tetap berjualan seperti biasa ya nak!"
"Iya mak, Ahmad akan berjualan seperti biasa di tempat wisata Pantai Tanjung Setia."
"Aisyah, Ahmad dan Hidayat mak pesan ya, selama mak pergi jangan lakukan yang tidak dipesankan ibu ya ...."
"Baik mak!" Jawab mereka bertiga bersamaan.
Setelah mak berangkat ketempat kakaknya di kota, karena kakak dari mak akan menikahkan anaknya. Aisyah melaksanakan tugasnya sesuai dengan pesan dari mak. Aisyah memasak aneka gorengan dengan racikan bumbu rahasia dari mak. Tampak Ahmad mulai menyusun gorengan yang sudah matang ke dalam tenong (bakul berkaki) dengan rapi.
"Hem, harumnya gorengan buatan wo, rasanya juga pasti sedap hehehe ...." Ahmad menggoda Aisyah. (wo = kakak perempuan tertua karena salah satu dari orang tuanya juga anak tua)
Aisyah tampak tersenyum bangga dan terus menyelesaikan pekerjaannya.
Sore menjelang Ahmad berangkat membawa dagangannya ke pantai di sana pelanggan dagangan Ahmad sudah menunggu. "Ayo dik kita berangkat!" Ajak Ahmad pada Hidayat adiknya. Hidayat senang sekali diajak oleh udo Ahmad.
"Ayoooo bakwan, pisang, tahuuuuu," suara Ahmad menjajakan dagangannya.
"Ahmad! Sini tahunya sepuluh ya!" Seorang langganan Ahmad memanggilnya.
"Iya bang, ini tahunya sepuluh, jadi sepuluh tahu sepuluh ribu rupiah." Kata Ahmad ramah sambil tersenyum.
"Hehehe, kau ini Ahmad! Nah ini .... terima kasih!" Sambil memberikan uang selembar sepuluh ribuan.
Ahmad terus menjajakan dagangannya dengan mendatangi pembelinya sementara Hidayat mengikutinya dari belakang.
"Dik! Lihat pondok itu, sangat ramai pengunjung, udo penasaran ..., ayo kita lihat!
"Dik, roti gorengnya dua bungkus, ya!" Pinta seorang pembeli.
"Bang, roti gorengnya sebungkus." seorang pembeli kembali datang.
"Bapak beli lima bungkus ya."
"Udo, Hidayat mau roti goreng itu!" Kata Hidayat.
Ahmad cepat-cepat mengajak adiknya berlalu dari pondok itu. Ahmad mulai merasa iri dengan penjual roti goreng itu. Ahmad iri karena dagangannya laris tanpa harus berkeliling mendatangi pembeli. Penjual itu juga tidak menjual aneka gorengan, hanya satu macam saja roti goreng tapi pembelinya yang mendatanginya. "Ah!" Ahmad tak bisa berkonsentrasi lagi pada dagangannya. Ahmad sudah dilanda rasa iri.
"Bakwaaaaan!" Teriak pembeli, tapi Ahmad tidak mendengar, ia sibuk memikirkan si penjual roti goreng.
"Pisaaaaaang!" Kembali ada yang memanggil hendak membeli dagangan Ahmad.
Hidayat melongok ke dalam tenong, "Udo gorengannya masih?"
"Iya dik masih!"
"Kenapa orang memanggil udo diam saja?"
"Hah!? Oh! Iya! Aduh dik! Udo tidak mendengar! Maaf .... maaf."
Ahmad telah dilanda perasaan iri hati, sehingga Ahmad tidak mendengar saat pembeli memanggilnya. Dan terlewatlah beberapa pembeli yang ingin membeli dagangannya.
Hari mulai gelap sedangkan dagangan Ahmad masih banyak. Ahmad sedih dan takut, bagaiman cara menghadapi wo Aisyah sang kakaknya nanti di rumah. Dengan lunglai Ahmad mengajak Hidayat adiknya untuk pulang ke rumah.
"Assallamuallaikum."
"Waallaikumsalam, alhamdulillah sudah pulang." Aisyah menyambut kedua adiknya dengan rasa syukur.
"Maaf wo, dagangan kita tidak habis terjual." Ahmad sangat sedih.
"Tidak apa-apa, mungkin rezeki kita segitu dulu sore ini, semoga besok dagangan kita laris ya."
"Wo, harusnya dagangan kita habis terjual sore ini." Ahmad mendelik pada adiknya agar tidak bicara apa-apa pada Aisyah.
"Oh ya, memang Hidayat sudah meramalkan ya hahaha ...." Wo Aisyah tertawa melihat Hidayat langsung berdiri disampingnya karena takut pada Ahmad.
"Bukan meramal wo, tadi udo melewatkan banyak pembeli karena tidak mendengar panggilan dari pelanggan yang ingin membeli gorengan kita...!"
"Begitukah?"
"Maaf wo, tadi Ahmad tidak mendengar panggilan pembeli karena Ahmad iri dengan penjual roti goreng yang dagangannya laris sekali tanpa harus berkeliling mendatangi pembeli, tapi pembelilah yang datang pada penjual roti goreng itu." Ahmad menceritakan bagaimana dia bisa kehilangan pembelinya dan tidak mendengar pembeli yang memanggilnya.
"Oh, Ahmad adikku .... jadi dilanda perasaan iri hati rupanya .... Ahmad, mak kita sering bilang kita tidak boleh iri hati dengan kesuksesan dan rezeki orang lain. Allah sangat membeci orang yang mempunyai sifat iri hati. Iri hati itu sifat yang jahat. Allah sudah mengatur rezeki jadi tidak perlu iri hati. Yang penting kita tetap berusaha mendapatkan rezeki untuk kita dengan cara yang Allah ridhai." Aisyah tersenyum mengingatkan Ahmad adiknya.
"Ya wo, Ahmad ingat ..., Ahmad minta maaf."
Sifat iri hati memang tidak baik, karena bisa merugikan diri sendiri. Kecuali iri dalam hal positif..!
BalasHapusterima kasih
Hapussemoga iri hati yang posif saja kalau begitu
Iri hati bisa membuat hati buta dan tidak bisa berfikir jernih, bisa di ambil pelajaran dari cerita ini
BalasHapusiri hati adalah penyakit qolbu yang harus dijauhi kalau begitu terma kasih
Hapusrejeki sudah ada yang ngatur
BalasHapusg mungkin ketuker karena yang ketuker itu sendal di masjid
#ehh
hehe ya biasa ketuker sendal di masjid, tp bukan sengajakan
Hapustapi kadang iri hati itu datang begtu saja, tanpa direncanakan. mungkin satu-satunya obat iri hati itu harus banyak-banyak bersyukur ya.. :)
BalasHapuspd dasarnya manusia itu baik, dengan bersyukur salah satu cara menjaga hati
HapusIri adalah penyakit hati yang tidak layak untuk diberi tempat singgah dihati kita. karena jika kita biarkan maka hati kita tidak akan pernah tenang dan bahkan hanya akan menjadi bumerang/penyebab bagi kegagalan kita. so hapus segala macam penyakit hati dari diri kita. oke..!hehehe
BalasHapuspenyakit hati yang membuat hati tidak tenang tidak boleh bersarang di hati
Hapusyuk bersih-bersih hati hehe
Iri hati kadang dimiliki oleh setiap orang ya! Wjar lah namanya juga manusia
BalasHapusya manusia tempatnya khilaf dan lupa
HapusIni sering terjadi kalo kita jual beli Mbak. Iri positif sih oke. Tapi ada beberapa iri terus merambah perdukunan, naudhubillah. Ngeri ya Mbak
BalasHapusTerkadang iri hati memang sering terjadi, gimana tidak. Ah besok mau kumpul-kumpul dengan ibu-ibu arisan tapi tak punya baju bagus seperti mereka, dari sana timbullah rasa iri. Hehe.
BalasHapusSebab itu iri hati jangan dipelihara karena akan rugi sendiri.
Iri hati memang akan berakibat buruk pada diri kita, jika kita menerapkannya dg salah. Tetapi rasa iri hati juga bisa kita jadikan motivasi untuk meraih kesuksesan.
BalasHapusTapi kebanyakan iri hati memang membuat manusia jadi buta hati dan buta pikiran, ya? Hahahaha
setiap orang punya rasa iri hati ya karena faktor merasa kalah gitu.
BalasHapustapi kalau sampai begini bisa berujung pada permusuhan.
manusia memang ada rasa iri mbak, wajar
BalasHapustapi kalau irinya negatif ini yang gak asyikk
aku juga suka nih, kayak "ih dia udah sukses aku belom" gitu
BalasHapusI really enjoyed reading.
BalasHapus